Nationalgeographic.co.id—Biara dan biarawan adalah bagian penting dalam sejarah Abad Pertengahan, meskipun memang ada pro dan kontra di masyarakat. Dengan segala tugasnya, kehidupan para biarawan dianggap lebih baik dari masyarakat Eropa pada umumnya.
Seperti profesi lainnya, para biarawan memperoleh manfaat dari atap yang aman di atas kepala mereka. Meski memang, mereka diharapkan dapat hidup sederhana dengan sedikit harta benta, menghadiri kebaktian dan bahkan bersumpah untuk diam.
Kelebihan lainnya adalah persediaan makanan reguler. Persediaan makanan tersebut memiliki standar yang jauh lebih tinggi daripada yang dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat abad pertengahan.
Selain berusaha untuk lebih dekat dengan Tuhan melalui pengorbanan fisik dan belajar agama, para biarawan juga bisa sangat berguna bagi masyarakat.
Para biarawan dalam sejarah Abad pertengahan mendidik generasi muda aristokrasi dan menghasilkan buku-buku serta manuskrip-manuskrip. Buku dan manuskrip itu penting kemudian dan menjadi catatan sejarah abad pertengahan yang sangat berharga bagi para sejarawan modern.
Pembangunan Biara
Mulai abad ke-3 Masehi, terdapat kecenderungan di Mesir dan Suriah. Beberapa orang Kristen memutuskan untuk menjalani kehidupan sebagai hermit atau pertapa penyendiri.
Mereka melakukan ini karena mereka berpikir bahwa tanpa gangguan materi atau duniawi apa pun, mereka akan mencapai pemahaman dan kedekatan yang lebih baik dengan Tuhan.
Selain itu, setiap kali umat Kristiani mula-mula dianiaya, mereka terkadang terpaksa tinggal di daerah pegunungan terpencil di mana kebutuhan hidup tidak mencukupi.
Ketika jumlah individualis ini bertambah, beberapa dari mereka mulai hidup bersama dalam komunitas. Namun terus memisahkan diri dari masyarakat dan mengabdikan diri sepenuhnya untuk berdoa dan mempelajari kitab suci.
Awalnya, anggota komunitas ini pada dasarnya masih hidup menyendiri dan hanya berkumpul untuk beribadah. Pemimpin mereka, seorang abba (yang kemudian disebut 'abbot') memimpin para individualis ini.
Karena alasan itulah mereka disebut monachos dalam bahasa Yunani, yang berasal dari kata mono yang berarti 'satu', dan merupakan asal kata 'biarawan'.
Seiring berjalannya waktu, dalam bentuk awal biara ini, sikap yang lebih komunal terhadap kehidupan sehari-hari mulai berkembang. Para anggotanya berbagi pekerjaan yang diperlukan untuk menjaga diri mereka tetap mandiri dan mereka berbagi akomodasi dan makanan.
Sejak abad ke-5 M, gagasan tentang biara menyebar ke seluruh Kekaisaran Bizantium dan kemudian ke Eropa Romawi. Masyarakat mengadopsi praktik mereka sendiri yang berbeda berdasarkan ajaran Santo Benediktus dari Nursia (sekitar 480-543 M).
Ordo Benediktin mendorong para anggotanya untuk menjalani kehidupan sesederhana mungkin dengan makanan sederhana, akomodasi dasar, dan harta benda sesedikit mungkin.
Ada serangkaian peraturan yang harus dipatuhi oleh para biarawan. Karena mereka semua hidup dengan cara yang sama, mereka dikenal sebagai 'saudara'.
Aturan biara berbeda antara berbagai ordo yang berkembang sejak abad ke-11 M dan bahkan antar biara independen.
Beberapa ordo lebih ketat, seperti Cistercian yang dibentuk pada tahun 1098 M oleh sekelompok biarawan Benediktin yang menginginkan kehidupan yang tidak terlalu duniawi.
Perempuan juga dapat menjalani kehidupan monastik sebagai biarawati di biara-biara dan biara wanita.
Karena biara dimaksudkan untuk swasembada dalam sejarah Abad Pertengahan, para biarawan harus menggabungkan pekerjaan sehari-hari untuk menghasilkan makanan dengan ibadah bersama dan belajar.
Biara-biara tumbuh dalam kecanggihan dan kekayaan, sangat terbantu oleh keringanan pajak dan sumbangan.
Sehingga, seiring berlalunya dalam sejarah Abad Pertengahan, kerja fisik tidak lagi menjadi kebutuhan bagi para biarawan. Mereka kemudian dapat mengandalkan upaya para awam, buruh upahan, atau budak.
Oleh karena itu, para biarawan pada Abad Pertengahan Tinggi dapat lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengejar ilmu pengetahuan, terutama menghasilkan karya-karya khusus monastik Abad Pertengahan seperti manuskrip beriluminasi.
Rekruitmen Biarawan
Orang-orang tertarik pada kehidupan biara karena berbagai alasan seperti rasa hormat. Fakta bahwa itu adalah pilihan karier yang dihormati.
Kemudian ada kemungkinan banyak kemudahan yang didapat. Mereka dijamin mendapatkan akomodasi yang layak dan makanan di atas rata-rata seumur hidup.
Putra kedua atau ketiga dari bangsawan, yang kemungkinan besar tidak akan mewarisi tanah ayah mereka, sering kali didorong untuk bergabung dengan gereja.
Salah satu jalan menuju karier yang sukses adalah bergabung dengan biara dan menerima pendidikan di sana (belajar membaca, menulis , aritmatika, dan Latin).
Anak-anak diutus pada usia pra-remaja, sering kali pada usia lima tahun dan kemudian dikenal sebagai oblat. Sedangkan mereka yang bergabung pada usia 15 tahun atau lebih dikenal sebagai novis.
Kedua kelompok ini biasanya tidak bercampur dengan para biarawan penuh. Meskipun baik para oblat maupun samanera tidak pernah diizinkan sendirian, tanpa pengawasan oleh seorang biarawan penuh.
Setelah satu tahun, seorang samanera dapat mengucapkan sumpahnya dan menjadi biarawan penuh, dan hal ini tidak selalu merupakan pilihan karier yang tidak dapat diubah.
Karena peraturan berkembang sejak abad ke-13 M, bahwa seorang pemuda dapat dengan bebas meninggalkan biara setelah mencapai kedewasaan.
Kebanyakan biarawan berasal dari latar belakang kaya. Mereka memang diharapkan membawa sumbangan besar saat masuk.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR