Nationalgeographic.co.id—Ketika berbicara tentang pekerjaan di masa lampau yang dapat membuat Anda merinding, mengumpulkan lintah boleh jadi berada di urutan teratas. Meski mengerikan, profesi ini pernah populer di abad ke-19.
Saat ini, menggunakan lintah sebagai pengobatan mungkin akan terlihat sebagai suatu keanehan dan mengerikan. Namun dulunya lintah sangat penting dalam berbagai pengobatan berbagai penyakit.
Menelusuri akarnya kembali ke pengobatan Mesir kuno, penghisap darah kecil ini dipandang sebagai elemen penting dalam dunia medis.
Menggilanya Pengobatan Lintah dalam Sejarah Dunia Medis
Meskipun pengobatan menggunakan lintah telah ada sejak zaman kuno, ia menjadi sangat populer di berbagai wilayah Eropa dan Amerika Utara pada awal abad ke-19.
Setidaknya sebagian dari popularitas lintah selama periode ini dapat ditelusuri pada teori François Joseph Victor Broussais. Seorang dokter Prancis ini percaya bahwa kesehatan dan penyakit berada di ujung yang berlawanan dari sebuah kontinum.
“Broussais berpikir bahwa ketika proses fisiologis normal menjadi kacau, peradangan terjadi, yang pada gilirannya menghasilkan penyakit,” kata Jessica Martucci, doktor sejarah dan sosiologi sains di University of Pennsylvania.
“Iritasi pada saluran pencernaan, menurut Broussais, menyebabkan peradangan yang dapat menyebabkan penyakit di mana saja di dalam tubuh. Jika semua penyakit berasal dari sumber yang sama, ia beralasan, semua pengobatan dapat dimodelkan pada terapi yang sama: mengeluarkan darah, khususnya dengan lintah,” imbuhnya.
Broussais adalah kepala dokter di rumah sakit militer Val-de-Grâce di Paris. Ia mengobati tifus, disentri, dan radang usus para prajurit dengan cara yang sama-dengan lintah.
Di bawah Broussais, standar perawatannya adalah dengan memberikan 30 lintah kepada setiap pasien baru, apapun diagnosisnya.
Perkembangan penggunaan lintah untuk mengobati pasien yang terluka dan sakit parah merupakan fenomena baru. Sudah lama ada keberatan terhadap kehilangan darah melalui lancet, sebuah proses yang sering kali traumatis dan menyakitkan.
Sebaliknya, banyak pengikut Broussais yang kemudian melihat lintah menawarkan pendekatan lebih ramah dan lembut.
Model Broussais tentang kesehatan dan penyakit menarik perhatian publik. Metodenya mudah dipahami, sesuai dengan gagasan lama tentang manfaat menghisap darah, dan menawarkan pengobatan yang sederhana dan mudah diakses dalam bentuk lintah.
Kegemaran akan lintah menyebar dengan cepat. Karena banyaknya permintaan, ini menjadi kabar baik bagi para pengumpul dan peternak lintah.
Kehidupan Seorang Pengumpul Lintah
Jika Anda kebetulan hidup di tahun 1700-an atau 1800-an dan terlibat dalam profesi pengumpul lintah, tugas harian Anda akan sangat mengerikan.
Bertugas mendapatkan lintah untuk keperluan medis, para pengumpul mencari makhluk licin ini dari habitatnya yang keruh di daerah rawa-rawa.
Lantas, bagaimana mereka mendapatkan lintah-lintah ini? “Mereka yang lebih berani, atau mungkin putus asa, menggunakan anggota tubuh manusia yang telah diamputasi atau kuda-kuda jompo sebagai umpan,” tulis Joanna Gillan, pada laman Ancient Origins.
“Namun, sebagian besar, sering kali karena alasan keterjangkauan, menggunakan kaki mereka sendiri,” lanjutnya.
Sensasi lintah yang tak terhitung jumlahnya menempel di kaki seseorang dan menghisap darah mungkin terdengar seperti mimpi buruk bagi kita. Bagi para pengumpul lintah, hal tersebut adalah biasa.
Tak sekadar keberanian, namun kesabaran juga menjadi hal penting dalam melakoni pekerjaan ini. Para pengumpul tidak bisa langsung mencabut lintah begitu saja saat bersentuhan.
“Lintah membutuhkan waktu yang cukup lama–sekitar 20 menit–untuk mengisi darahnya sebelum bisa dikeluarkan dengan mudah,” terang Joanna.
Tentu saja, ada berbagai resiko yang harus dihadapi profesi ini. Salah satu yang sering terjadi adalah mereka harus bergulat dengan infeksi dan kehilangan darah.
Penurunan Pengumpulan Lintah
Menurut Joanna, pada pertengahan abad ke-19, pengumpulan lintah telah berkembang menjadi sebuah industri yang matang.
“Angka-angka yang mencengangkan, seperti 30 juta lintah yang diekspor dari Jerman ke Amerika setiap tahunnya dan 42 juta lintah yang diimpor oleh Prancis pada tahun 1833, menyoroti skala industri ini,” kata Joanna.
Namun pada tahun 1850-an, kombinasi dari pengumpulan yang berlebihan dan meningkatnya skeptisisme tentang nilai medis dari lintah membuat pengumpulan lintah liar menurun.
Lintah yang dulunya melimpah menjadi langka di banyak bagian Eropa, dan peningkatan biaya semakin mengurangi daya tarik mereka dalam pengobatan tradisional.
Saat ini, praktik kuno pengambilan darah menggunakan lintah telah mengalami kebangkitan kembali dalam perawatan medis modern tertentu.
Menyadari nilainya, pada tahun 2004, FDA mengklasifikasikan lintah sebagai alat kesehatan. Sekarang, lintah berperan dalam perawatan seperti mengeringkan darah dari luka yang tersumbat atau membantu penyambungan kembali jari yang terputus.
Tapi, lintah obat modern ini dibudidayakan, memastikan ketersediaan dan keamanannya, meninggalkan pekerjaan mengerikan pengumpul lintah dengan kuat dalam sejarah.
Source | : | ancient origins,Science History Institute |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR