Sebagai hasil dari perjanjian damai dengan Kekaisaran Bizantium, orang-orang Varangia dari bangsa Rus menerima hak untuk mengabdi di Kekaisaran.
Banyak orang Varangia memilih melakukan hal tersebut, mungkin karena dipandang akan membawa prospek kekayaan dan keamanan yang lebih besar. Hal inilah cikal bakal apa yang sekarang dikenal sebagai Garda Varangian.
Garda Varangian dengan demikian adalah sekelompok tentara bayaran Viking yang bertugas di Kekaisaran Bizantium.
Caleb menjelaskan, sejak abad kesepuluh dan seterusnya, semakin banyak orang Varangian mulai mengasosiasikan diri mereka dengan kaisar Bizantium.
“Banyak dari mereka yang datang langsung dari orang-orang Rusia yang tinggal di utara Laut Hitam, tetapi ada juga banyak imigran yang datang langsung dari Swedia,” terangnya.
Garda Varangia sangat dihargai oleh kaisar Bizantium. Karena mereka adalah orang asing bagi Kekaisaran, mereka jauh lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam intrik politik atau nasional.
Karena alasan tersebut, anggota Garda Varangian sering kali disukai sebagai pengawal pribadi kaisar, mirip dengan Garda Praetorian pada abad-abad sebelumnya. Selain itu, mereka juga berpartisipasi dalam perang terbuka melawan musuh-musuh Kekaisaran.
Fungsi Garda Varangian
Garda Varangian bersumpah setia kepada kaisar. Mereka bersumpah untuk melindunginya dengan cara apa pun yang diperlukan.
Karena budaya mereka, orang-orang Skandinavia, termasuk bangsa Anglo-Saxon, terkenal dengan kesetiaan mereka. Mereka memiliki reputasi yang luar biasa dalam memegang teguh sumpah mereka. Oleh karena itu, kaisar dapat mempercayai mereka dengan nyawanya sendiri.
Selain bertindak sebagai pengawal kaisar, orang-orang Varangia juga melakukan tugas-tugas seremonial di Konstantinopel. Pada saat terjadi kerusuhan politik atau konspirasi, mereka akan bertindak sebagai semacam polisi khusus.
Secara umum, Viking terkenal dengan keganasan mereka dalam peperangan. Aspek Viking ini tidak hilang dari kaisar-kaisar Bizantium.
Hutan Mikro Ala Jepang, Solusi Atasi Deforestasi yang Masih Saja Sulit Dibendung?
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR