Jika sebuah pertempuran menjadi terlalu berat bagi pasukan Kekaisaran sendiri, mereka akan mengirim Garda Varangian untuk memberikan dukungan.
Para pejuang Skandinavia yang terkenal sangar, membuat Garda Varangian memiliki reputasi yang ganas dalam pertempuran.
Konon, mereka bertempur seperti binatang buas yang menakutkan dan sama sekali tidak mempedulikan luka atau rasa sakit. Kapak Dane berbilah lebar adalah senjata pilihan mereka.
Sejarah Pasukan Garda
Meskipun awalnya hanya terdiri dari orang-orang Viking dari Skandinavia, orang-orang Anglo-Saxon kemudian bergabung dengan Garda Varangian pada abad kesebelas.
Caleb menjelaskan, bergabungnya orang-orang Anglo-Saxon, terjadi setelah penaklukan Normandia atas Inggris pada tahun 1066. Penaklukan ini mengusir banyak orang Anglo-Saxon yang telah tinggal di sana.
“Mereka melakukan perjalanan untuk mencari prospek baru, dan ini membawa mereka ke Kekaisaran Bizantium. Di sana, mereka bergabung dengan bangsa Viking dalam Garda Varangian,” jelas Caleb.
Pasukan Garda memainkan peran kunci dalam sejumlah pertempuran penting. Sebagai contoh, pada abad kesebelas, bangsa Lombard dan Normandia berusaha mengusir Kekaisaran Bizantium dari Italia Selatan.
Sebagai tanggapan, Kaisar Bizantium mengirimkan pasukan yang diambil dari Garda Varangian ke Italia. Selama Pertempuran Cannae, bangsa Varangia membantu Kekaisaran untuk meraih kemenangan yang menentukan.
Pasukan Varangian terus melindungi Kekaisaran, terutama ibu kota Konstantinopel, sepanjang abad ke-13. Namun, setelah pertengahan abad itu, mereka menghilang dari catatan tertulis.
“Mereka terakhir kali muncul mengawal seorang tawanan perang ke Nicaea pada tahun 1259. Tak seorang pun mengetahui apa yang terjadi pada mereka sejak saat itu,” pungkas Caleb.
Hutan Mikro Ala Jepang, Solusi Atasi Deforestasi yang Masih Saja Sulit Dibendung?
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR