Karena kekuatannya sudah habis, dia menjadi pucat karena ketakutan. Karena panik dan tidak mampu lagi melarikan diri, ia menatap ke perairan Peneus sambil berharap.
Dia berseru: "Bawalah bantuan, ayah, jika airmu memiliki kekuatan dewa! Dengan mengubahnya, hancurkan sosok cantik yang telah membangkitkan terlalu banyak hasrat ini."
Ketika doanya hampir selesai, rasa kantuk yang berat menguasai anggota tubuhnya. Payudaranya yang lembut diikat oleh lapisan tipis kulit kayu, rambutnya tumbuh menjadi dedaunan, lengannya menjadi dahan.
Sementara kakinya, yang sekarang begitu gesit, berpegang teguh pada akar yang lamban, tunas muda melingkupi fitur wajahnya, hanya pancaran cahaya yang tersisa dalam dirinya.
Meski tanpa wujud manusia, Daphne tidak selamat dari nafsu Apollo. Setelah transformasinya, Apollo mengulurkan tangan untuk menyentuh batang pohon, yang menyusut darinya.
Di baris terakhir episode ini, Ovid mengungkap apa yang dilakukan Apollo dengan daun pohon ini. Mereka ditenun menjadi karangan bunga laurel dan ditempatkan di sekitar tempat anak panah dan kecapi.
Karangan bunga itu nantinya digunakan dalam ritual yang dilakukan untuk menghormatinya bidadari Daphne.
Meskipun Daphne diselamatkan dari serangan wujud manusianya, dia tetap diobjektifikasi secara paksa demi keinginan dewa Apollo.
Kehilangan diri
Sejak jaman dahulu, kisah Daphne telah diceritakan kembali berulang kali—dilukis, dipahat, dipentaskan, dan dianalisis.
Kita bisa memandangi Daphne dalam berbagai pose di museum dan galeri di seluruh Eropa. Galleria Borghese di Roma memamerkan Daphne karya Gian Lorenzo Bernini yang ditangkap oleh dewa Apollo dalam patung marmer bercahaya seukuran manusia.
Lukisan ini selesai pada tahun 1625 dan menggambarkan tekad Apollo yang kuat. Dewa Apollo masih memegang pinggang bidadari Daphne dengan satu tangan meskipun ia sedang dalam proses berubah menjadi pohon.
Meskipun wajahnya sangat damai, wajah Daphne mencerminkan ketakutan yang mendasari deskripsi Ovid.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR