Nationalgeographic.co.id - Aethelflaed adalah ratu Mercia yang legendaris dalam sejarah Abad Pertengahan, ia dijuluki "Lady of The Mercians" yang mengalahkan Viking. Ia kemudian mendirikan pemerintahan Inggris yang dikonsolidasikan oleh saudara laki-lakinya Edward the Elder (memerintah 889-924 M).
Aethelflaed (memerintah 911-918 M) adalah putri Raja Alfred Agung dari Wessex (memerintah 871-899 M) dan menjadi ratu Mercia setelah kematian suaminya Aethelred II, Penguasa Mercia (memerintah 883- 911 M).
Ia adalah ratu yang menyiapkan dasar-dasar pemerintahan raja Inggris pertama yang diakui yaitu Aethelstan, yang menjadi raja Anglo-Saxon pada 924-927 M dan raja Inggris pada 927-939 M.
Aethelstan diakui oleh para sejarawan kemudian sebagai tokoh penting dalam sejarah abad pertengahan, khususnya Inggris.
Ia dikenal atas prestasinya dalam mengalahkan benteng terakhir Viking, memusatkan pemerintahan, dan menjadikan Inggris sebagai kekuatan yang kuat dalam politik Eropa.
Namun, kecil kemungkinannya dia akan mampu mencapai apa yang dia lakukan jika bukan karena pengaruh Aethelflaed dari Mercia.
Pemerintahannya begitu efektif sehingga ia melampaui pemerintahan orang-orang sezamannya seperti saudara laki-lakinya Edward the Elder di Wessex. Pada masanya, ia tampaknya lebih dihormati secara luas daripada ayahnya yang terkenal sekalipun.
Aethelflaed melanjutkan kebijakan yang diprakarsai oleh Alfred sesuai dengan Aethelred setelah kematian suaminya.
Dia memerintah sendiri saat dia mengatur kebijakan dan praktik yang mengakibatkan berkurangnya kekuasaan Denmark di Inggris. Itu memungkinkan penyatuan tanah di bawah Edward dan kemudian Aethelstan.
Pemuda dan Perang Viking
Tidak ada yang diketahui tentang masa muda Aethelflaed. Dia baru memasuki halaman sejarah abad pertengahan pada usia 15 atau 16 tahun ketika dia menikah dengan Aethelred.
Kemungkinan tanggal lahirnya adalah 870 atau 871 M berdasarkan perkiraan tanggal pernikahannya. Namanya kemungkinan besar berarti “penuh dengan kebangsawanan” menurut sarjana Joanna Arman.
Menurut Arman, “Aethel” berarti “mulia” etapi punya arti “menyala” yang bisa berarti seperti "banjir" atau sesuatu yang mengalir. Namanya juga diterjemahkan sebagai "kecantikan yang mulia".
Ibu Aethelflaed adalah Ealhswith, seorang wanita bangsawan Mercia. Ealhswith berasal dari garis keturunan bangsawan Mercian sama seperti ayah Aethelflaed, Alfred yang merupakan keturunan bangsawan Wessex.
Beberapa sumber sering menyebutkan Aethelflaed sebagai putri tertua Alfred tetapi tidak diketahui apakah dia juga anak tertua Alfred. Kakaknya, Edward, tampaknya lebih muda darinya.
Namun, tidak ada keraguan bahwa anak-anak Alfred dibesarkan dalam suasana kehormatan, keilmuan, dan pengabdian kepada keluarga dan negara yang semuanya merupakan ciri khas keluarga bangsawan.
Arman mencatat bagaimana remaja putri yang mengabdikan diri pada gereja dan meninggalkan keduniawian. Kemudian diberikan pendidikan yang baik, tetapi ada singgungan terhadap kelima anak Alfred, termasuk kedua putrinya yang tidak masuk gereja.
Sama seperti kakak laki-lakinya, Edward, yang diberi seorang tutor, demikian pula Aethelflaed. Terlihat dari pemerintahannya di kemudian hari dan kehidupan istananya bahwa dia berpendidikan tinggi dan berbudaya.
Namun, kecil kemungkinannya bahwa Alfred sendiri akan menghabiskan banyak waktu bersama putrinya. Itu karena dia sibuk sepanjang masa kecilnya untuk menangkis serangan Viking ke Wessex.
Bangsa Viking pertama kali muncul di Inggris pada tahun 793 M ketika mereka mendarat di pantai dan menjarah biara Lindisfarne. Mereka membantai para biarawan dan membawa barang-barang berharga.
Sejak saat itu, Inggris berada di bawah kekuasaan para perampok dari laut yang menyerang tanpa peringatan, membantai tanpa diskriminasi, dan menjarah sesuka hati.
Pada saat Alfred menjadi pangeran dan komandan militer, sekitar tahun 865 M, serangan ini telah berubah menjadi invasi besar-besaran. Invasi itu di bawah kepemimpinan pejuang terampil seperti Halfdane (865-877 M) dan saudaranya Ivar the Boneless (sekitar 870 M).
Kedua komandan ini memimpin invasi besar-besaran terhadap Tentara Besar pada tahun 865 M yang terbukti tak terkalahkan. Mereka mengalahkan setiap kekuatan yang melawannya, dan menaklukkan setiap wilayah yang mereka masuki.
Alfred dan saudaranya, Aethelred dari Wessex (memerintah 865-871 M), bertemu dengan Viking dalam pertempuran di Reading dan dikalahkan.
Akan tetapi dalam Pertempuran Ashdown pada bulan Januari 871 M, pasukan mereka yang digabungkan mengusir Viking dari medan perang dan membuktikan keterampilan tempur Alfred.
Namun, kemenangan tersebut tidak mampu menghentikan serangan Viking, dan kemudian dia dikalahkan dan terpaksa bersembunyi.
Tidak diketahui apakah Aethelflaed akan menemani ayahnya ke pengasingan. Setelah beberapa bulan bersembunyi dan melakukan serangan gerilya di pemukiman Viking, Alfred mampu mengerahkan kekuatan yang cukup besar.
Ia kemudian mengalahkan Viking di bawah pimpinan Guthrum pada Pertempuran Eddington pada Mei 878 M. Ini adalah pertempuran menentukan yang memberikan Alfred kekuasaan yang dapat mendiktekan persyaratan kepada lawan-lawannya.
Meskipun bangsa Viking menepati janji mereka dan menjauhi Wessex, perjanjian tersebut sama sekali tidak menetapkan bahwa mereka harus meninggalkan Inggris dalam sejarah abad pertengahan.
Lady of the Mercian
Pada tahun 886 M, Alfred mengusir bangsa Viking dari London. Tidak lama kemudian, ia mengatur pernikahan antara putri sulungnya dan raja Mercia, Aethelred. Meskipun terkadang ada klaim bahwa pernikahan Aethelflaed diatur untuk mengamankan aliansi antara Wessex dan Mercia, hal ini tidak akurat.
Kedua wilayah tersebut telah bersekutu melalui pernikahan Alfred dan Ealhswith beberapa dekade sebelumnya dan Aethelred telah menerima Alfred sebagai tuannya sebelum tahun 886 M.
Pemahaman yang lebih akurat tentang pernikahan ini adalah bahwa pernikahan tersebut merupakan wujud persatuan. Tidak hanya memperbaharui komitmen masing-masing daerah satu sama lain, tetapi juga memberikan pernyataan kekuatan yang jelas kepada bangsa Viking.
Aethelred setidaknya sepuluh tahun lebih tua dari Aethelflaed dan mungkin telah bertunangan dengannya sejak awal. Dia telah menerima Alfred sebagai tuannya sejak tahun 883 M setelah kemenangan Alfred di Eddington.
Aethelred dan Aethelflaed memulai pemerintahan mereka dari kota Gloucester, tidak jauh dari Wessex, dan dekat dengan perkebunan keluarganya.
Meskipun tradisi romantis kemudian mencirikan persatuan mereka sebagai pernikahan tanpa cinta demi kenyamanan, tidak ada bukti yang mendukung klaim ini. Aethelred meninggal pada tahun 911 M tanpa ahli waris laki-laki dan Aethelflaed menjadi penguasa tunggal dengan gelar “Lady of the Mercians”.
Dalam Asser's Life of King Alfred (ditulis sekitar tahun 893 M), penulis sejarah abad pertengahan menjelaskan panjang lebar mengenai kebiasaan di Wessex yang tidak mengizinkan seorang wanita duduk sebagai ratu di samping raja. Hal itu karena mantan ratu yang menyalahgunakan kekuasaan dan posisinya.
Namun di Mercia, jabatan ratu telah lama dihormati meskipun sebelumnya tidak ada wanita yang pernah memerintah kerajaan sendirian. Merupakan penghargaan bagi Aethelflaed karena tidak ada catatan mengenai tantangan apa pun terhadap suksesinya.
Saudara laki-lakinya Edward mengambil atau menerima London dan wilayah sekitarnya darinya tak lama setelah kematian Aethelred. Transaksi ini telah ditafsirkan oleh beberapa sejarawan kemudian sebagai penandatanganan kesepakatan di mana Edward mengakui keabsahan pemerintahan Aethelflaed.
Edward dan Aethelflaed kemudian bekerja sama untuk memperluas kekuasaan di kedua wilayah mereka dan menggabungkan keduanya untuk membangun jaringan pertahanan yang lebih erat.
Dua abad kemudian, para sejarawan menulis tentang Aethelflaed sebagai penguasa yang hebat, jauh lebih hebat daripada Edward atau bahkan Alfred yang Agung.
Mereka mengakui pengaruhnya terhadap pangeran yang menjadi raja terhebat di zamannya. Sejarawan yang sama, terutama William dari Malmsbury, juga mengakui pentingnya Aethelflaed sebagai seorang wanita yang secara efektif memerintah kerajaannya selama masa krisis.
Ia meninggalkan warisan yang berkesan bagi rakyatnya. Bukan hanya melalui pengaruhnya pada keponakannya, tetapi terutama melalui pencapaiannya sendiri.
Hutan Mikro Ala Jepang, Solusi Atasi Deforestasi yang Masih Saja Sulit Dibendung?
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR