Teori ilmiah semu yang dipopularkan Marr memiliki kekeliruan tentang "semit" sebagai bangsa. Istilah bangsa Semit jauh sudah ada sebelum antisemtisme populer, dalam catatan sejarah dunia untuk merujuk bangsa yang terpisah dari Kaukasia.
"Semit" sebagai istilah yang merujuk identitas digagas oleh August Ludwig, anggota Göttingen School of History pada 1781. Penggunaan "Semit" dipilih untuk merujuk salah satu dari tiga putra Nabi Nuh yang berada dalam Kitab Kejadian Alkitab.
Lebih jelasnya, Semit adalah kelompok bangsa yang menuturkan bahasa serumpun di Timur Tengah hingga Afrika Utara. Bahasa Semit kuno sudah dituturkan sekitar 6.000 tahun silam di Mesopotamia, walau asal-usulnya masih diperdebatkan.
David Testen, penulis buku Parallels in Semitic Linguistics: The Development of Arabic la- and Related Semitic Particles dan pernah menjadi peneliti bahasa di Stanford University mengutarakan, rumpun bahasa Semit umum dituturkan di Timur Tengah. Bahasa dan kebudayaan ini bertahan di Timur Tengah selama 4.000 tahun lamanya, terang Testen di Britannica.
Bahasa Semit memiliki banyak turunan, seperti bahasa Amhara di Etiopia, bahkan bahasa Arab dan Ibrani yang dituturkan oleh orang Arab dan Yahudi. Kelompok bahasa Semit merupakan bagian dari kelompok besar bahasa Afro-Asiatik yang dituturkan sampai ke pedalaman Afrika utara.
Sejarah dunia terkait bahasa dan kebudayaan Semit membaginya dalam beberapa kelompok utama. Ahli linguistik mengelompokkannya karena masing-masing bahasa memiliki kemiripan fonetik, morfoloogi kata, dan akar makna dalam kebudayaan.
Contoh: kalb, ibnu (bisa menjadi bin ketika disisipkan dalam nama dari putra seseorang), dan salaam dalam bahasa Arab, memiliki kemiripan dalam bahasa Ibrani caleb, ben, dan syalom. Masing-masing kata jika diterjemahkan menjadi anjing, anak, dan damai.
Namun, hari ini pengetahuan tentang identitas Semit hari ini menjadi perdebatan, terutama pengaruh paham antisemitisme oleh Marr. Paham ini lebih mengerucut pada sikap anti-Yahudi, tanpa memasukkan istilah yang sama dalam rasialisme untuk penutur bahasa Semit lainnya di negara-negara Barat.
Source | : | britannica,National Geographic Indonesia,De Gruyter,GHDI (German History in Documents and Images),SOAS University of London |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR