Nationalgeographic.co.id—Dunia mitologi Yunani dipenuhi dengan kisah-kisah cinta, perang, dan intrik yang dramatis. Salah satu cerita paling menarik dari yang lain adalah kisah Zeus dan Leda.
Kisah ini menceritakan tentang bagaimana Zeus, raja para dewa Yunani, merayu Leda, seorang wanita cantik dan fana, dengan menyamar sebagai angsa. Namun, kisahnya tidak hanya berakhir di situ.
“Kisah Zeus dan Leda telah diceritakan ulang berkali-kali sepanjang sejarah, menginspirasi para seniman, penulis, dan penyair untuk mengeksplorasi tema-tema kekuasaan, hasrat, dan konsekuensi dari menyerah pada godaan,” tulis Dani Rhys, pada laman Symbolsage.
Mitologi Yunani: Rayuan Leda
Kisah ini dimulai ketika Zeus, raja para dewa, terpikat pada Leda, seorang wanita fana yang dikenal karena kecantikannya. Zeus, yang selalu ahli dalam menyamar, memutuskan untuk mendekati Leda dalam bentuk angsa yang cantik.
Ketika Leda sedang mandi di sungai, dia dikejutkan oleh kemunculan angsa yang tiba-tiba, namun segera terpesona oleh kecantikan angsa tersebut.
“Dia membelai bulu-bulu angsa tersebut dan memberikannya roti, tanpa menyadari identitas sebenarnya dari si angsa,” jelas Dani.
Saat matahari terbenam, Leda mulai merasakan sensasi yang aneh. Dia tiba-tiba diliputi hasrat dan tidak mampu menolak rayuan angsa itu. Zeus, mengambil keuntungan dari kerentanan Leda, merayunya, dan mereka menghabiskan malam bersama.
Mitologi Yunani: Kelahiran Helen dan Pollux
Beberapa bulan kemudian, Leda melahirkan dua anak, Helen dan Pollux. Helen dikenal karena kecantikannya yang luar biasa, sementara Pollux adalah seorang prajurit yang terampil.
Di sisi lain, suami Leda, Tyndareus, tidak mengetahui identitas sebenarnya dari ayah kedua anak itu, dan menganggap mereka sebagai anaknya sendiri.
Seiring bertambahnya usia Helen, kecantikannya menjadi terkenal di seluruh Yunani, dan para pelamar dari berbagai penjuru datang untuk melamarnya. Akhirnya, Tyndareus memilih Menelaus, raja Sparta, sebagai suaminya.
Mitos Zeus dan Leda tidak berakhir dengan kelahiran Helen dan Pollux. Bertahun-tahun kemudian, Helen diculik oleh Paris, seorang pangeran Troya, yang kemudian berujung pada Perang Troya yang terkenal.
Konon, Dani menjelaskan, penculikan tersebut didalangi oleh para dewa, yang ingin membalas dendam kepada manusia atas keangkuhan mereka.
“Zeus, khususnya, marah pada manusia dan melihat Perang Troya sebagai cara untuk menghukum mereka,” jelas Dani.
Versi Alternatif dari Mitologi Zeus dan Leda
Seperti mitologi Yunani umumnya, dalam kisah Zeus dan Leda, terdapat beberapa kisah alternatif dengan lika-likunya tersendiri. Hal ini membuat kisah Zeus dan Leda menjadi lebih menarik.
Meskipun elemen-elemen dasar dari cerita ini tetap sama, terdapat variasi dalam bagaimana peristiwa-peristiwa yang terjadi dan karakter-karakter di dalamnya
Dalam satu versi, setelah Zeus menggoda Leda dalam bentuk angsa, ia hamil dengan dua telur. Telur tersebut menetas menjadi empat anak: saudara kembar Castor dan Pollux, serta saudara perempuan Clytemnestra dan Helen.
Namun, tidak seperti dalam versi mitos tradisional, Castor dan Pollux adalah makhluk fana, sedangkan Clytemnestra dan Helen adalah makhluk dewata.
Dalam versi mitos lain, dewa cinta, Eros, memainkan peran penting. Saat Zeus mendekati Leda dalam bentuk angsa, Eros menembakkan anak panah ke arah Leda, menyebabkannya jatuh cinta pada burung itu. Panah tersebut juga menyebabkan Zeus merasakan hasrat yang kuat terhadap Leda.
Dalam Versi mitos yang agak berbeda, bukan Zeus yang mendekati Leda dalam bentuk angsa, melainkan Aphrodite, dewi cinta.
Aphrodite dikatakan berubah wujud menjadi angsa untuk menghindari perhatian suaminya yang cemburu, Hephaestus. Setelah merayu Leda, Aphrodite meninggalkannya dengan sebuah telur, yang kemudian menetas menjadi Helen.
Pesan Moral Kisah Zeus dan Leda
Kisah Zeus dan Leda mungkin tampak seperti kisah lain tentang dewa-dewa Yunani yang menuruti hasrat nafsu primitif mereka. Kendati demikian, kisah ini memiliki pelajaran moral penting yang masih relevan hingga saat ini.
Menurut Dani, kisah ini menunjukkan arogansi orang-orang berkuasa. Orang berkuasa dapat menggunakan statusnya untuk mengambil keuntungan dari orang lain, dan hal ini tidak boleh dilakukan.
“Cerita ini juga menyoroti pentingnya memahami dan menghormati batasan. Zeus tidak menghormati hak privasi dan otonomi tubuh Leda, dan dia menyalahgunakan posisinya sebagai penguasa untuk memanipulasi Leda agar mau melakukan hubungan seksual,” imbuhnya.
Kisah Zeus dan Leda dalam Karya Seni
Mitos Zeus dan Leda telah mengilhami banyak karya seni, sastra, dan musik sepanjang sejarah. Dari tembikar Yunani kuno hingga novel dan film kontemporer, kisah rayuan dan tipu daya ini telah memikat imajinasi para seniman dan penulis.
Sifat erotis dari pertemuan Zeus dan Leda ditekankan dalam banyak penggambaran. Sebagian yang lainnya, berfokus pada konsekuensi dari hasrat dan dinamika antara manusia dan dewa yang memiliki kuasa.
Kisah ini telah diceritakan kembali dan diadaptasi dengan berbagai cara. Salah satu yang terkenal adalah film “Helen of Troy” besutan John Kent Harrison.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR