Pada periode pertama pemerintahan Ming, porselen biru-putih adalah jenis yang paling digemari. Warna biru (oksida kobalt yang bersumber dari Asia Tengah, khususnya Iran) dilukis pada badan porselen dan kemudian ditutup dengan lapisan yingqing. Warna alternatif namun kurang umum adalah merah dan oranye, diperoleh dengan menggunakan tembaga sebagai pengganti kobalt.
Desain awal sering kali dipengaruhi oleh tingginya permintaan dari pembeli Arab. Mereka menginginkan dekorasi porselen meniru desain bunga abstrak yang rumit dari tekstil dan karpet khas Arab. Sejak abad ke-15, dekorasi menjadi lebih terkendali dan halus. Gambar burung dan bunga menjadi sangat umum. Namun banyak juga porselen yang dibiarkan berwarna putih. Contohnya porselen Ming dari Dehua terkenal karena berwarna putih bersih.
Seiring dengan berlalunya Dinasti Ming, dekorasi porselen menjadi jauh lebih rumit. “Sekali lagi, ini mungkin sebagai respons terhadap permintaan luar negeri, terutama di Jepang dan Eropa,” Cartwright menambahkan lagi.
Porselen menjadi ekspor utama, bersama dengan barang-barang seperti sutra dan pernis. Bahkan porselen ditukar dengan perak Spanyol yang datang dari Amerika melalui Manila.
Desain pada abad ke-16 mencakup pemandangan multi-warna menggunakan warna merah, biru, kuning, dan hijau. Sering kali porselen dihias dengan sosok manusia dalam jubah yang rumit.
Jingdezhen, khususnya, bertahan lebih lama dari Dinasti Ming sebagai produsen keramik dunia. Pada abad ke-18, kota ini memiliki 100.000 pekerja. Kesempurnaan teknik pembuatan porselen di Jingdezhen menjadi begitu terspesialisasi. Satu porselen harus melalui tangan 70 pekerja sebelum dianggap selesai.
Sayangnya, kualitas produksi porselen secara umum menurun seiring dengan meningkatnya kuantitas. Bahkan kobalt yang dibutuhkan untuk dekorasi khas berwarna biru menjadi langka. Pada akhirnya, terjadi penurunan perdagangan dengan Asia Tengah karena alasan politik.
Meski porselen mendongkrak perekonomian Kekaisaran Tiongkok, industri ini memiliki sisi gelap. Berkat aktivitas industri porselen, Jingdezhen dikenal sebagai kota guntur dan kilat. Kota ini dipenuhi dengan dengan tempat pembakaranyang tak terhitung jumlahnya. Tempat pembakaran itu terus menyemburkan api dan asap tanpa henti ke langit.
Porselen Tiongkok begitu terkenal dan mendominasi di pasar keramik dunia. Maka tidak heran jika semua barang porselen putih yang halus dan putih sering kali disebut China.
Desain dekoratif porselen Dinasti Ming
Subjek dekorasi yang populer adalah bunga, anggur, ombak, gulungan teratai, sulur, alang-alang, dan buah. Motif lain yang biasa digunakan dalam lukisan dan tekstil juga digunakan untuk desain porselen. Lukisan ikan atau burung merupakan dekorasi yang umum. Pemandangan alam adalah subjek lain yang dipinjam dari lukisan dan digunakan untuk mendekorasi porselen.
Makhluk mitos juga sangat populer, terutama naga yang melambangkan keberuntungan dalam budaya Tiongkok. Tema populer lainnya adalah kombinasi pohon pinus, pohon plum, dan bambu, yang dikenal sebagai 'Tiga Sahabat Musim Dingin'. Seiring kemajuan Dinasti Ming, seniman keramik lebih menyukai naturalisme dalam desain mereka.
Seniman Kekaisaran Tiongkok juga memiliki kebiasaan menambahkan tanggal pemerintahan kekaisaran Ming pada barang-barangnya. Kebiasaan ini sama sekali tidak umum pada keramik dinasti Tiongkok sebelumnya. Pada abad ke-16, seniman bahkan menandatangani keramiknya juga. Tindakan ini dapat meningkatkan harga porselen dan membuat sang seniman makin terkenal.
Seperti disebutkan, ada pengaruh seni asing pada dekorasi Ming. Contohnya pola bunga masyarakat Persia dan Arab serta bunga seni Tibet yang sangat bergaya. Bentuk dan dekorasi tradisional Tiongkok yang digunakan pada banyak porselen Ming sangat memengaruhi pembuat tembikar asing. Contohnya seperti di Jepang, Asia Tenggara, Turki, Iran, dan akhirnya, Eropa.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR