Nationalgeographic.co.id—Dinasti Ming di Kekaisaran Tiongkok terkenal dengan keramik halusnya, khususnya porselen biru putih kobalt. Porselen ini diproduksi di kota-kota seperti Jingdezhen di Provinsi Jiangxi.
Porselen biru putih ini, seperti halnya seni lainnya, mendongkrak perekonomian Kekaisaran Tiongkok di abad ke-15. Saat itu, terjadi lonjakan permintaan akan produksi kerajinan tangan berkualitas baik di dalam maupun luar negeri.
Masih sangat dihargai oleh para kolektor saat ini, porselen Ming memiliki pengaruh besar pada keramik di luar Tiongkok.
Ketika keramik mulai disukai di Kekaisaran Tiongkok
Porselen hanyalah salah satu dari banyak jenis tembikar. Namun porselen biasanya dihargai lebih dari yang lain karena permukaannya yang halus, putihnya yang murni, dan kualitasnya. Menggunakan campuran tanah liat dan mineral tertentu, porselen dibakar pada suhu yang sangat tinggi (1280-1400 C).
Porselen pertama kali diproduksi berabad-abad sebelum Dinasti Ming berkuasa. “Namun pada masa Dinasti Ming, porselen berkembang hingga tingkat kesempurnaan yang baru,” tulis Mark Cartwright di laman World History Encyclopedia.
Pendorong pertama evolusi ini adalah pertumbuhan permintaan di Kekaisaran Tiongkok. Keramik akhirnya mulai menyaingi lukisan dan kaligrafi sebagai seni Tiongkok yang paling bernilai tinggi.
Ketika kemakmuran ekonomi tumbuh di bawah pemerintahan Ming, orang-orang kaya berusaha untuk mengekspresikan status baru mereka. Tidak hanya dengan memamerkan benda-benda seni, orang kaya juga menunjukkan pengetahuan mendalam tentang benda tersebut. Dengan demikian, keahlian berkembang dan akibatnya status sosial seniman rupa pun meningkat.
Jingdezhen menjadi berita utama sebagai pusat porselen Ming yang terkenal. Selain itu, ada kota tembikar lain yang memproduksi barang-barang berkualitas tinggi, terutama Dehua dan Foshan. Jingdezhen adalah pusat pertama. Berkat cadangan tanah liat lokal yang kaya, produksi tembikarnya sudah ada sejak Dinasti Han.
Jingdezhen memproduksi bejana tembikar untuk kaisar Dinasti Tang. Pada zaman Ming, kota ini menjadi salah satu pusat industri besar di Kekaisaran Tiongkok. Istana kekaisaran adalah pelanggan utama. Istana secara teratur membuat pesanan porselen dalam jumlah besar dari kota terpencil di selatan ini.
Porselen biru putih paling digemari di era Dinasti Ming Kekaisaran Tiongkok
Pada periode pertama pemerintahan Ming, porselen biru-putih adalah jenis yang paling digemari. Warna biru (oksida kobalt yang bersumber dari Asia Tengah, khususnya Iran) dilukis pada badan porselen dan kemudian ditutup dengan lapisan yingqing. Warna alternatif namun kurang umum adalah merah dan oranye, diperoleh dengan menggunakan tembaga sebagai pengganti kobalt.
Desain awal sering kali dipengaruhi oleh tingginya permintaan dari pembeli Arab. Mereka menginginkan dekorasi porselen meniru desain bunga abstrak yang rumit dari tekstil dan karpet khas Arab. Sejak abad ke-15, dekorasi menjadi lebih terkendali dan halus. Gambar burung dan bunga menjadi sangat umum. Namun banyak juga porselen yang dibiarkan berwarna putih. Contohnya porselen Ming dari Dehua terkenal karena berwarna putih bersih.
Seiring dengan berlalunya Dinasti Ming, dekorasi porselen menjadi jauh lebih rumit. “Sekali lagi, ini mungkin sebagai respons terhadap permintaan luar negeri, terutama di Jepang dan Eropa,” Cartwright menambahkan lagi.
Porselen menjadi ekspor utama, bersama dengan barang-barang seperti sutra dan pernis. Bahkan porselen ditukar dengan perak Spanyol yang datang dari Amerika melalui Manila.
Desain pada abad ke-16 mencakup pemandangan multi-warna menggunakan warna merah, biru, kuning, dan hijau. Sering kali porselen dihias dengan sosok manusia dalam jubah yang rumit.
Jingdezhen, khususnya, bertahan lebih lama dari Dinasti Ming sebagai produsen keramik dunia. Pada abad ke-18, kota ini memiliki 100.000 pekerja. Kesempurnaan teknik pembuatan porselen di Jingdezhen menjadi begitu terspesialisasi. Satu porselen harus melalui tangan 70 pekerja sebelum dianggap selesai.
Sayangnya, kualitas produksi porselen secara umum menurun seiring dengan meningkatnya kuantitas. Bahkan kobalt yang dibutuhkan untuk dekorasi khas berwarna biru menjadi langka. Pada akhirnya, terjadi penurunan perdagangan dengan Asia Tengah karena alasan politik.
Meski porselen mendongkrak perekonomian Kekaisaran Tiongkok, industri ini memiliki sisi gelap. Berkat aktivitas industri porselen, Jingdezhen dikenal sebagai kota guntur dan kilat. Kota ini dipenuhi dengan dengan tempat pembakaranyang tak terhitung jumlahnya. Tempat pembakaran itu terus menyemburkan api dan asap tanpa henti ke langit.
Porselen Tiongkok begitu terkenal dan mendominasi di pasar keramik dunia. Maka tidak heran jika semua barang porselen putih yang halus dan putih sering kali disebut China.
Desain dekoratif porselen Dinasti Ming
Subjek dekorasi yang populer adalah bunga, anggur, ombak, gulungan teratai, sulur, alang-alang, dan buah. Motif lain yang biasa digunakan dalam lukisan dan tekstil juga digunakan untuk desain porselen. Lukisan ikan atau burung merupakan dekorasi yang umum. Pemandangan alam adalah subjek lain yang dipinjam dari lukisan dan digunakan untuk mendekorasi porselen.
Makhluk mitos juga sangat populer, terutama naga yang melambangkan keberuntungan dalam budaya Tiongkok. Tema populer lainnya adalah kombinasi pohon pinus, pohon plum, dan bambu, yang dikenal sebagai 'Tiga Sahabat Musim Dingin'. Seiring kemajuan Dinasti Ming, seniman keramik lebih menyukai naturalisme dalam desain mereka.
Seniman Kekaisaran Tiongkok juga memiliki kebiasaan menambahkan tanggal pemerintahan kekaisaran Ming pada barang-barangnya. Kebiasaan ini sama sekali tidak umum pada keramik dinasti Tiongkok sebelumnya. Pada abad ke-16, seniman bahkan menandatangani keramiknya juga. Tindakan ini dapat meningkatkan harga porselen dan membuat sang seniman makin terkenal.
Seperti disebutkan, ada pengaruh seni asing pada dekorasi Ming. Contohnya pola bunga masyarakat Persia dan Arab serta bunga seni Tibet yang sangat bergaya. Bentuk dan dekorasi tradisional Tiongkok yang digunakan pada banyak porselen Ming sangat memengaruhi pembuat tembikar asing. Contohnya seperti di Jepang, Asia Tenggara, Turki, Iran, dan akhirnya, Eropa.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR