Nationalgeographic.co.id—Gigantomachy adalah perang besar antara dewa-dewa Olympian dan ras Giants atau Gigantes dalam mitologi Yunani. Pertempuran ini dianggap sebagai salah satu pertempuran krusial yang mengukuhkan kedaulatan para dewa Olympian.
Ahli sejarah Apollodorus (sekitar 180 hingga 120 SM) menyatakan bahwa Gigantomachy terjadi setelah Titanomachy, yaitu Perang Titan dalam mitologi Yunani antara para titan melawan dewa Olympian.
Gigantomachy dipicu kemarahan ras Giants atau Gigantes pada Zeus. Kemarahan ras raksasa itu karena zeus telah memenjarakan saudara mereka, para Titan, di Tartarus.
Mereka merencanakan balas dendam dengan merencanakan serangan ke langit. Di puncak gunung, ras Raksasa mengambil api dan batu besar lalu melemparkannya ke atas.
Hera meramalkan bahwa dewa tidak akan pernah bisa membunuh ras Raksasa ini, tapi hanya manusia berkulit singa yang bisa mengalahkan mereka. Istilah itu mengacu pada pahlawan Yunani Hercules.
Namun, bahkan Hercules pun membutuhkan bantuan ramuan yang membuat manusia menjadi kebal. Di sisi lain, Gaia mengetahui keberadaan ramuan ini dan mencoba mencarinya sendiri.
Namun ramuan ini tumbuh di tempat rahasia yang gelap di bawah Bumi, sehingga Zeus melarang Selene, Helios, dan Eros untuk bersinar dan menemukan ramuan itu terlebih dahulu dengan bantuan Athena.
Para dewa Olympian kini telah bersiap untuk melawan para Raksasa dari ras Giants atau Gigantes.
Hercules tidak membuang waktu dan menembakkan panahnya ke arah Alcyoneus, pemimpin para Raksasa, yang langsung hidup kembali karena bertarung di tanahnya sendiri.
Atas saran Athena, Hercules membawa Alcyoneus melintasi perbatasan, di mana dia mampu membunuhnya. Porphyrion melompat ke Surga, dan hanya Athena yang bertahan melawannya.
Dia bergegas melewatinya dan pergi ke Hera, yang dia coba cekik. Anak panah dari Eros mengenainya, dan tindaknya brutalnya seketika berubah menjadi nafsu.
Ia malah mencoba memperkosa Hera, meski kemudian dia dihentikan oleh Zeus. Zeus menyerang Porphyrion dengan petirnya. Porphyrion tidak bertahan lama namun akhirnya dibunuh oleh Hercules.
Ephialtes bertarung melawan Ares dan membuatnya berlutut. Apollo datang untuk menyelamatkan Ares, menembak Raksasa di mata kirinya, dan memanggil Hercules untuk meminta bantuan.
Hercules menembak mata kanan Ephialtes dan mengakhiri hidupnya. Pertempuran sengit terjadi antara para dewa dan para Raksasa.
Dionysos menggunakan tongkatnya (thyrsus) untuk menjatuhkan Eurytus. Sementara Hecate membakar raksasa Clytius dengan apinya.
Sementara itu, Athena menghancurkan raksasa Pallas dengan batu besar, dan Hephaestus membakar raksasa Mimas dengan logam panas.
Setiap kali dewa melukai Raksasa, Hercules akan berlari untuk memberikan pukulan mematikan. Hanya dua dewi Olympian yang tidak hadir dalam konflik tersebut, Demeter dan Hestia yang damai.
Mereka memilih menyaksikan pertempuran dari jauh dengan cemas tetapi menolak untuk mengambil bagian di dalamnya.
Para Raksasa dapat melihat bahwa mereka kalah dalam pertempuran dan mundur ke Bumi, sedangkan para Olympian mengejar mereka. Athena melemparkan benda besar ke raksasa Enceladus.
Serangan itu menghantam sang raksasa dan membuatnya terkubur di dalam tanah, sehingga menjadi Gunung Etna di Sisilia.
Poseidon menggunakan trisulanya untuk membelah pulau Kos di Laut Aegea dan melemparkannya ke Polybotes, yang juga berubah menjadi sebidang tanah, yaitu Pulau Nisyros.
Ras raksasa atau ras Giants yang masih hidup bertahan untuk terakhir kalinya di Bathos di Arcadia. Hermes, yang memakai helm Hades, menyerang Hippolytus, sementara Artemis menembakkan panah ke arah raksasa lainnya yang bernama Gration.
Sementara fates atau sang takdir menggunakan alu mereka untuk menghancurkan kepala Thoas dan Agrius. Ares dan Zeus menggunakan tombak dan petir mereka untuk menjatuhkan Raksasa yang tersisa.
Sementara itu, Hercules masih terus membunuh setiap Raksasa saat mereka jatuh. Dalam beberapa sumber, rekan Dionysos, Silenus, membual tentang bertarung di sisi para dewa dan membunuh Raksasa Enceladus.
Dampak Gigantomachy
Setelah ras Raksasa atau Gigantes dikalahkan, Gaia tidur bersama Tartarus dan melahirkan Typhon. Itu adalah monster terbesar yang pernah berkeliaran di Bumi dalam mitologi Yunani.
Dalam Metamorphoses-nya, Ovid menulis bahwa Gaia mengubah para raksasa atau ras Giants menjadi ras baru.
Ketika, terhimpit oleh massa yang mereka bangkitkan, tubuh-tubuh yang menakutkan itu tergeletak.
Ibu Bumi, sebagaimana kisah berlanjut, kini meresapi dan mabuk dalam darah anak-anaknya yang baru, memberikan kehidupan segar pada cairan yang mendidih."
Tidak ingin semua buah dari rahimnya hilang dan terlupakan, ia mengubah darah mereka menjadi bentuk manusia.
Namun ras yang baru juga memandang rendah pada para dewa. Nafsu mereka yang bergejolak, gairah kekerasan dan pembantaian mendominasi. Kau tahu mereka lahir dari darah.
(Ovid, Metamorfosis, 1.156-163)
Menurut penyair Yunani Pindar, Raksasa Alcyoneus adalah katalis konflik antara dewa Olympian dan Raksasa. Dalam berbagai versi, dia mencuri sebagian ternak Helios, yang membuat marah dewa.
Versi lainya dalam mitologi Yunani menjelaskan bahwa ia menghadapi Hercules saat dia kembali dari ekspedisi Troya. Adegan dari lukisan vas menunjukkan Hercules merayap ke arah Alcyoneus saat dia sedang tidur dan menyerangnya.
Menurut Pausanias (sekitar 115 hingga 180 M) dalam bukunya Description of Greece, di wilayah Trapezus di Arcadia, ada sebuah tempat bernama Kedalaman. Di sana terdapat Misteri Dewi Agung yang dirayakan setiap dua tahun.
Tidak jauh dari Kedalaman ada mata air yang disebut Olympias, yang konon merupakan tempat terjadinya Gigantomachy yang legendaris. Pengorbanan dilakukan di sini terhadap badai, kilat, dan guntur.
Di dinding selatan Acropolis di Athena terdapat relief dinding yang menggambarkan pertempuran besar antara para dewa dan para Raksasa. Tak jauh dari Kuil Demeter di Athena berdiri patung Poseidon sedang menunggang kuda sambil melemparkan tombak ke arah raksasa Polybotes.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR