Salah satu yang laris adalah kaset musik dari Itje Trisnawati yang mampu menjual satu juta kaset pada 1989. Pendapatan negara dari pajak kaset ini adalah sekitar Rp100 juta atau setara Rp1 miliar dalam kurs tahun 2016.
Oleh karena itu, pemerintahan Orde Baru mewacanakan dangdut sebagai musik nasional pada awal 1990-an. Dari segi kebudayaan, dangdut dinilai sangat erat dengan entitas keindonesiaan.
Musisi-musisi dangdut kemudian menghiasi beberapa acara kenegaraan, salah satunya yang pertama pada hari kemerdekaan Indonesia tahun 1995. Siarannya pun ditayangkan oleh TV nasional seperti TVRI yang kemudian berdampak pada peran upaya menasionalisasikan musik dangdut.
Musik bajakan dan acara para pejabat
Ketika rezim Orde Baru tumbang pada 1998 akibat krisis ekonomi setahun sebelumnya, industri musik berdampak. Irfan mengungkapkan, musik bajakan sangat tumbuh saat inflasi menerpa.
Meski demikian, musik bajakan justru memperkuat lagu-lagu dangdut, khususnya dangdut daerah seperti koplo dan jaipongan, serta perkembangan musik dangdut elektronik yang berkembang seperti funky kota (funkot). Lagu bajakan berperan pada promosi para musisi untuk menjangkau lebih banyak pendengar.
Legalitas musik bajakan kemudian mencuat pada 2010-an dan peraturannya disahkan pada 2014. Meski demikian, dangdut sudah sangat populer dan melekat kepada masyarakat. Berbagai penyedia layanan musik streaming seperti YouTube dan Spotify memudahkan masyarakat mendengarkan dangdut.
Pada era 2000-an, industri musik dangdut berubah. Banyak acara yang merekam penampilan dangdut dalam hajatan di daerah yang kemudian didistribusikan. Hal ini memberi keuntungan materi banyak seperti penyedia acara dan penyelenggara acara.
VCD dan DVD hasil rekaman diperjualbelikan di pasar dan diputar di banyak tempat. Ditambah dengan layanan musik streaming, memudahkan masyarakat mengenal musisi-musisi dangdut lokal seperti Nella Kharisma, Via Vallen, Happy Asmara, dan termasuk yang kontroversial seperti Inul Daratista dan Duo Serigala.
Popularitas dangdut juga mendorong suksesnya musisi campursari lama seperti Didi Kempot yang sebelumnya hanya dikenal di daerahnya sendiri.
Musisi-musisi ini hadir dengan berbagai perhelatan musik yang diselenggarakan berbagai pihak di daerahnya. Sering kali, pejabat daerah menyelenggarakan penampilan musik dangdut yang kemudian mempopulerkan musisi. Popularitas dangdut tentunya mendorong para pejabat dan calon pejabat untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Hari ini, dangdut, apa pun jenisnya, begitu menjamur. Pada 2018, ketika Nella Kharisma dan Via Vallen meledak di pasar musik, tidak jarang lagu-lagu mereka diputar, bahkan di lingkungan elite sekalipun.
Tidak hanya musisi tunggal, banyak kelompok musik dangdut yang bermunculan dan dihadirkan anak muda sejak 1990-an dengan lirik menggelitik. Mulai dari Barakatak dari Jawa Barat hingga Orkes Pensil Alis dari Yogyakarta, mewarnai kancah musik populer dengan genre dangdut.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR