Kisah dasar gagasan bahwa orang Yahudi bersifat monoteistik adalah ketika Musa menerima perintah Tuhan di Gunung Sinai. Dua perintah pertama dari Sepuluh Perintah Allah menyatakan:
Penyembahan di dunia kuno selalu berarti pengorbanan. Orang Yahudi bisa berdoa kepada malaikat dan kekuatan lain di surga, tetapi mereka hanya mempersembahkan korban (hewan, sayuran, persembahan) kepada Tuhan Yahudi.
Sebelum munculnya agama Kristen, orang-orang non-Yahudi sering mengkritik adat istiadat Yahudi.
Penolakan orang Yahudi untuk berpartisipasi dalam ratusan pengorbanan dan festival penyembahan dewa dianggap sebagai tindakan misantropis, sebuah ketidaksukaan atau kebencian terhadap umat manusia lainnya.
Beberapa ahli mendeskripsikan literatur ini sebagai "anti-Yahudi", bukan anti-Semit. Istilah itu merujuk langsung kepada kebencian terhadap orang-orang Yahudi.
Dalam sejarahnya yang panjang, orang Yahudi telah mengalami banyak pengusiran. Pengusiran orang-orang Yahudi telah terjadi sejak zaman para Nabi, bahkan dalam sejarah Abad Pertengahan.
Para nabi orang Yahudi menjelaskan, bahwa pengusiran-pengusiran tersebut sebagai hukuman Tuhan kepada orang-orang Yahudi. Mereka dihukum karena mereka melakukan penyembahan berhala dan mengabaikan perintah-perintah Allah.
Pada saat yang sama, mereka menyampaikan pesan harapan bahwa Tuhan akan campur tangan dalam sejarah manusia sekali lagi. Orang Yahudi yakin, bahwa di 'hari-hari terakhir', tuhan akan mewujudkan kerajaan untuk mereka di bumi.
Konteks sejarah Kristen
Pada tahun 63 SM, Roma menaklukkan Yerusalem di bawah kepemimpinan Pompey Agung (106-48 SM), yang mengangkat kaum Herodian sebagai raja.
Setelah serangkaian gubernur Romawi yang tidak kompeten dan korup pada abad ke-1 M, Pemberontakan Besar Yahudi pada tahun 66 M pecah, yang menyebabkan kehancuran Bait Suci Kedua pada tahun 70 M. Inilah konteks Injil, yang dimulai dengan Markus.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR