Nationalgeographic.co.id - Di lepas pantai Norwegia, seekor ular raksasa dengan kepala mirip naga melingkari kapal yang tak berdaya. Di dekat Kepulauan Faroe, seekor monster raksasa mencengkeram seekor anjing laut di paruhnya yang runcing. Dan di tepi pantai Skotlandia, seekor lobster raksasa menjepit manusia yang sedang menggapai-gapai dengan cakarnya.
Semua ini adalah gambar-gambar yang dirinci pada Carta Marina. Carta Marina adalah sebuah peta yang berasal dari akhir tahun 1530-an. Peta ini menjadi acuan bagi para kartografer, penulis, dan cendekiawan yang mempelajari lautan Eropa di masa itu. Peta tersebut mendominasi selama lima dekade berikutnya.
Dibutuhkan waktu selama satu abad bagi para ahli untuk menyadari bahwa beberapa penggambaran tidak realistis. “Dan butuh waktu hingga awal tahun 1700-an agar peta baru dapat mengecualikan monster tertentu,” tulis Emilie Lucchesi di National Geographic.
“Banyak gambar yang terlihat cukup fantastis. Sangat mudah untuk membayangkan kartografer langsung menciptakannya,” kata Chet Van Duzer, sejarawan kartografi dan penulis Sea Monsters on Medieval and Renaissance Maps.
Carta Marina dibuat oleh Olaus Magnus, seorang uskup agung Swedia. Dia memang menciptakan penampakan beberapa monster lautnya—yang sebagian besarnya sekarang kita kenali sebagai paus. Namun, Van Duzer mengatakan banyak monsternya disalin dari ensiklopedia bergambar. Beberapa karya ilustrasinya didasarkan pada deskripsi dari Natural History karya Pliny the Elder dari abad pertama.
Peta Magnus adalah salah satu representasi geografis pertama di Eropa. Peta ini muncul pada saat orang-orang penasaran dengan ilmu pengetahuan dan penemuan. Di saat yang sama, masyarakat juga masih berpegang pada keyakinan fantastik tentang alam. Orang-orang percaya pada binatang yang belum pernah mereka lihat, seperti naga dan ular laut. Van Duzer mengatakan bahwa Magnus membuat penggambaran paus yang paling liar pun tampak realistis.
Pembuatan peta
Peta Magnus sangat besar. Lukisan aslinya berukuran 7 meter persegi dan menggambarkan potret Eropa Utara yang tergencet, tetapi detail. Peta itu mencakup wilayah yang sekarang menjadi Denmark, Estonia, Finlandia, Islandia, Latvia, Lituania, Norwegia, Swedia, dan bagian paling utara Kepulauan Inggris.
Lahir di Swedia pada tahun 1490, Magnus berasal dari latar belakang istimewa dan kuliah di universitas di Jerman. Reformasi memaksa Magnus pindah ke Italia, tempat lahirnya Carta Marina. Diangkat menjadi uskup agung di pengasingan, Magnus bekerja keras membuat petanya selama 12 tahun. “Peta tersebut dicetak pada tahun 1539,” tambah Lucchesi.
Peta itu tidak sepenuhnya lepas dari karier dan pendidikannya. Beberapa monster yang digambarkan Magnus berasal dari Perjanjian Lama. Misalnya monster laut yang muncul dalam Mazmur, Kitab Ayub, dan Kitab Yesaya. Dalam The Underworld: Journeys to the Depths of the Oceans, Susan Casey menulis bahwa dia menyaring peta melalui lensa ajaran gereja.
Casey menambahkan bahwa waktu Magnus tepat. Eropa telah memasuki Era Penemuan. Oleh karena itu, penyebaran materi cetak membawa ide-ide fantastis kepada khalayak yang menginginkan lebih. Satu abad telah berlalu sejak mesin cetak ditemukan, tetapi hanya sedikit orang Eropa yang bisa membaca. Peta Magnus tidak memerlukan keterampilan membaca. Peta tersebut memberikan gambaran monster yang mungkin diketahui orang dari Alkitab atau legenda lisan.
Di Carta Marina, monster laut bukan sekadar hiasan dekoratif, seperti di peta lain sepanjang zaman Renaisans. Dalam beberapa kasus, Van Duzer mengatakan mereka memperingatkan adanya monster menakutkan di perairan berbahaya. Secara keseluruhan, hal-hal tersebut mencerminkan kekhawatiran yang lebih besar pada saat itu mengenai bahaya perjalanan laut.
Kekhawatiran mereka bukannya tanpa alasan. Stephen R. Brown, penulis, mengungkapkan bahwa angka kematian dalam pelayaran jarak jauh pada tahun 1500-an adalah 50 persen—akibat penyakit kudis. Kecelakaan, tenggelam, dan penyakit menular menyebabkan banyak orang yang melaut terkubur di laut. Lautan adalah tempat yang berbahaya dan peta Magnus mencerminkan ketakutan akan hal yang tidak diketahui dan keinginan untuk menaklukkannya.
Sea orm
Di dekat pantai Norwegia, Magnus menggambarkan seekor ular laut berwarna merah terang. Ular tersebut tampak sedang menyerang sebuah kapal yang miring seolah-olah sedang dibawa ke bawah.
Sea orm sebagian didasarkan pada pengetahuan, termasuk referensi Alkitab tentang makhluk laut yang mirip ular. Hal ini juga didasarkan pada deskripsi yang dikumpulkan Magnus dari para pelaut. Mereka menggambarkan monster besar di dekat pantai Norwegia. Mereka mengeklaim bahwa orm tersebut adalah ular sepanjang 61 meter (kira-kira seukuran lima bus) dan tebalnya 6,1 meter.
Para ilmuwan abad ke-19 mencoba mengidentifikasi makhluk laut di kehidupan nyata, kata Joseph Nigg. Nigg adalah penulis Sea Monsters: The Lore and Legacy of Olaus Magnus’s Marine Map. Mungkin saja makhluk tersebut adalah cumi-cumi raksasa, atau pinniped, seperti anjing laut atau singa laut. Yang lain berpendapat bahwa orm adalah hiu, paus, atau oarfish.
Dalam bukunya, History of the Northern Peoples, Magnus menulis bahwa sea orm itu bisa mengangkat kepalanya ke samping kapal. Dan tanpa disadari, makhluk itu menarik seorang pelaut dari dek. Ia juga menulis bahwa orm tersebut bisa meluncur di darat untuk melahap ternak. Ia bahkan bisa menyelinap ke dalam air untuk memangsa biota laut.
Prister
Monster laut di Carta Marina secara umum kejam dan tampaknya bertekad untuk menyakiti manusia yang mereka temui. Priester, khususnya, sangat agresif. Magnus menulis bahwa mereka memiliki panjang 61 meter dengan ekor lebar bercabang dan kaki bersirip. Wajah menyerupai babi hutan dan memiliki lubang tiup ganda di bagian atas kepala.
Van Duzer mengatakan ini dan sebagian besar makhluk laut lainnya di Carta Marina didasarkan pada deskripsi paus. Paus sudah dikenal masyarakat, tetapi mereka hanya melihatnya di permukaan laut, katanya. Peta tersebut juga menggambarkan seekor paus yang terdampar di pantai yang sedang diambil daging dan tulangnya.
Magnus menulis bahwa priester dapat menghantam kapal dengan ekornya. Mereka dapat menenggelamkan kapal hanya dengan mengangkat dirinya ke geladak.
Magnus menyertakan informasi tentang cara melindungi dari binatang buas di Carta Marina, kata Van Duzer. Di dekat pantai Islandia, dua priester menyerang sebuah kapal.
“Di bagian paling belakang kapal, Anda melihat seorang pria berdiri. Anda mungkin membayangkan dia memegang pistol, tapi sebenarnya itu adalah terompet,” katanya. “Magnus menulis bahwa salah satu dari sedikit cara untuk menakut-nakuti monster laut adalah dengan meniup terompet.”
Paus pulau (island whales)
Menurut Carta Marina, perairan antara Norwegia dan Islandia sangat berbahaya. Di lepas pantai Norwegia, Magnus menggambarkan Moskstraumen yang berbahaya, yang nyata dan masih ada hingga saat ini. Di antara sea orm dan priester, Magnus menempatkan paus pulau, binatang buas yang kejam.
Paus pulau berasal dari pengetahuan berusia ribuan tahun yang berasal dari Surat Aleksander Agung kepada Aristoteles sekitar tahun 300 M. Kisah kuno tersebut menceritakan tentang dua pelaut yang beristirahat di tempat yang mereka pikir adalah sebuah pulau. Mereka datang ke darat, mendirikan kemah dan kemudian menyalakan api. Saat itulah masalah dimulai.
“Ternyata itu bukan pulau, tapi paus. Paus itu merasakan api, terjun ke laut dalam dan membawa manusia bersamanya,” kata Van Duzer.
Di Carta Marina, paus pulau ini menyerupai persilangan antara stegosaurus dan badak. Namun kemungkinan besar hanyalah paus yang kita kenal sekarang. Van Duzer mengatakan orang-orang pada saat itu lebih percaya pada apa yang mereka baca, jika mereka bisa membaca. “Ada rasa hormat yang besar terhadap kata-kata yang dicetak dan gambar-gambar yang menyertainya,” katanya.
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak monster yang menghilang dari peta. Saat itu, para kartografer mampu memasukkan gambar kehidupan laut yang lebih realistis ke dalam peta mereka.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR