Mereka bekerja dalam sistem rotasi, 6.000 orang diberi tugas penggalian, sementara 4.000 lainnya menggali parit dan meletakkan fondasi.
Tembok benteng dibangun dalam bagian-bagian vertikal, kemungkinan setiap bagian menjadi tanggung jawab satu kelompok buruh etnis.
Suku Inca adalah ahli tukang batu. Balok-balok besar digali dan dibentuk hanya dengan menggunakan batu yang lebih keras dan perkakas perunggu.
Tanda-tanda pada balok-balok batu menunjukkan bahwa sebagian besar balok-balok tersebut ditumbuk untuk dibentuk, bukan dipotong.
Balok-balok tersebut dipindahkan menggunakan tali, kayu gelondongan, tiang, tuas, dan tanjakan tanah. Beberapa batu masih memiliki simpul atau lekukan yang menonjol yang digunakan untuk membantu pekerja memegang batu tersebut.
Batuan dipahat secara kasar di dalam tambang batu dan kemudian dikerjakan kembali di tempat tujuan. Hal itu jelas terlihat dari contoh-contoh yang belum selesai yang tertinggal di tambang batu dan di berbagai rute menuju lokasi pembangunan.
Pemotongan halus dan pemasangan balok di lokasi sangat tepat sehingga tidak diperlukan mortar. Terakhir, permukaan akhir dibuat menggunakan batu gerinda dan pasir.
Arkeologi eksperimental telah menunjukkan bahwa mempersiapkan dan mendandani batu-batu yang digunakan oleh suku Inca jauh lebih cepat daripada perkiraan para sarjana sebelumnya. Meski begitu, dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menghasilkan satu tembok.
Suku Inca juga memastikan bahwa blok mereka saling bertautan dan dinding dibuat miring. Tujuannya untuk memaksimalkan ketahanan mereka terhadap kerusakan akibat gempa.
Waktu telah membuktikan efisiensinya, karena gempa bumi yang terjadi selama 500 tahun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada benteng Kekaisaran Inca ini. Strukturnya masih utuh dan Sacsayhuaman tidak terkecuali.
Desain
Jika teori bahwa seluruh Cuzco ditata membentuk puma jika dilihat dari atas benar, maka Sacsayhuaman adalah kepalanya. Benteng ini memiliki tiga teras berbeda yang saling mundur ke belakang.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR