Nationalgeographic.co.id—Sembilan Kuali Tripod atau Jiuding adalah salah satu simbol sejarah Tiongkok kuno yang paling menawan dan misterius.
Kuali-kuali tersebut diyakini dibuat oleh pendiri Dinasti Xia, Yu Agung. Bukan sekadar benda hiasan, melainkan simbol kekuasaan dan kedaulatan.
Signifikansi mereka meresap ke dalam bidang politik, budaya, dan bahkan spiritualitas, menjadikannya bagian integral dari narasi sejarah Tiongkok kuno.
Asal-usul Sembilan Kuali
Yu Agung, penguasa legendaris yang mendirikan Dinasti Xia dihormati dalam sejarah Tiongkok atas upayanya yang luar biasa dalam mengendalikan Banjir Besar, sebuah peristiwa bencana yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat Tiongkok awal.
Sebagai imbalan atas pengabdiannya, ia menerima mandat surga, hak ilahi untuk memerintah, dan mendirikan Dinasti Xia.
Pengecoran Sembilan Kuali Tripod merupakan peristiwa penting yang menandai konsolidasi kekuasaan Yu dan pembentukan formal dinastinya.
Setiap kuali terbuat dari perunggu, bahan yang berharga dan menantang secara teknologi untuk dikerjakan pada saat itu.
Kuali-kuali itu tidak identik; ukuran dan prasasti yang dikandungnya berbeda-beda, masing-masing mewakili wilayah berbeda di wilayah Yu. Hal ini merupakan tindakan simbolis yang menandakan kesatuan berbagai suku di bawah pemerintahan Yu.
Seperti namanya, Sembilan Kuali Tripod adalah satu set sembilan kuali perunggu besar. Menurut catatan sejarah dan teks kuno, setiap kuali memiliki ukuran yang unik dan prasasti yang terdapat di dalamnya, yang mencerminkan keragaman wilayah tempat mereka berada.
Mereka dicetak menggunakan teknik pengecoran perunggu yang canggih, sebuah bukti kehebatan teknologi Dinasti Xia.
Setiap kuali dikatakan memiliki tiga kaki dan dua pegangan, sebuah desain yang praktis dan simbolis.
Desain tripod memberikan stabilitas, fitur penting untuk bejana yang digunakan dalam ritual yang melibatkan api dan cairan mendidih. Pegangannya memungkinkan kuali dipindahkan dan dimanipulasi selama ritual ini.
Angka tiga, diwakili oleh desain tripod, memiliki nilai simbolis yang signifikan dalam budaya Tiongkok kuno, sering dikaitkan dengan langit, bumi, dan dunia manusia.
Prasasti pada kuali lebih dari sekedar hiasan; itu adalah catatan sejarah, yang mendokumentasikan pencapaian penguasa dan peristiwa-peristiwa waktu.
Setiap kuali memuat prasasti khusus untuk wilayah yang diwakilinya, memberikan gambaran tentang lanskap sosial, politik, dan budaya wilayah tersebut.
Prasasti ini merupakan bentuk awal aksara Tiongkok, yang menambah nilai budaya dan sejarah kuali.
Kualinya terbuat dari perunggu, bahan yang berharga dan menantang secara teknologi untuk dikerjakan pada saat itu.
Proses pengecoran kuali besar ini memerlukan keterampilan dan ketelitian tingkat tinggi, yang mencerminkan kemampuan metalurgi canggih dari Dinasti Xia.
Penggunaan perunggu juga memiliki makna simbolis, karena dikaitkan dengan kekuasaan dan prestise dalam masyarakat Tiongkok kuno.
Peran Sembilan Kuali dalam Politik Sejarah Tiongkok
Sembilan Kuali Tripod memainkan peran penting dalam lanskap politik Tiongkok kuno. Benda-benda tersebut bukan sekedar artefak hias, namun merupakan simbol otoritas dan legitimasi yang kuat.
Kepemilikan mereka dipandang sebagai tanda mandat surga, persetujuan ilahi atas hak seorang penguasa untuk memerintah. Oleh karena itu, hal ini terkait erat dengan stabilitas dan legitimasi dinasti yang berkuasa.
Masing-masing dari sembilan kuali mewakili wilayah berbeda, melambangkan kesatuan berbagai suku di bawah pemerintahan kaisar.
Kuali-kuali tersebut, dengan tulisan dan desainnya yang unik, berfungsi sebagai representasi visual dari kesatuan politik ini.
Kuali juga digunakan dalam ritual dan upacara kenegaraan, yang semakin memperkuat signifikansi politiknya.
Ritual-ritual tersebut bukan sekadar acara keagamaan, melainkan upacara politik penting yang menegaskan kewibawaan penguasa.
Penggunaan kuali dalam ritual ini menegaskan peran mereka sebagai simbol kekuasaan dan kedaulatan. Perpindahan kuali dari satu dinasti ke dinasti berikutnya merupakan peristiwa penting yang menandai peralihan kekuasaan.
Tindakan pengambilalihan kuali dipandang sebagai tanda suksesi takhta penguasa baru. Tradisi ini berlanjut hingga hilangnya kuali selama periode Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur.
Hilangnya Kuali Secara Misterius
Salah satu aspek yang paling menarik dari Sembilan Tripod adalah hilangnya mereka secara misterius.
Catatan sejarah terakhir tentang kuali ini berasal dari periode Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur, sebuah era penuh gejolak yang ditandai dengan perebutan kekuasaan dan kebangkitan serta jatuhnya banyak negara bagian.
Setelah periode ini, kuali tersebut lenyap dari catatan sejarah, nasibnya tidak diketahui. Hilangnya kuali telah menjadi subyek banyak spekulasi dan perdebatan di kalangan sejarawan.
Beberapa teori menyatakan bahwa mereka hilang selama berbagai perang dan konflik pada saat itu. Mereka bisa saja disita, disembunyikan, atau bahkan dihancurkan oleh negara-negara saingan.
Teori lain menyatakan bahwa kuali dikubur atau disembunyikan untuk melindunginya agar tidak dinodai atau dicuri.
Kuali-kuali tersebut adalah benda suci. Kehilangan atau penodaannya akan dipandang sebagai pertanda buruk, tanda hilangnya amanat surga.
Oleh karena itu, ada kemungkinan mereka disembunyikan untuk menjaga kesuciannya dan melindungi legitimasi dinasti yang berkuasa.
Terlepas dari teori-teori ini, keadaan sebenarnya dari hilangnya Sembilan Kuali Tripod masih menjadi misteri.
Tidak ada bukti fisik kuali yang ditemukan dan lokasi pastinya. Jika masih ada, tidak diketahui. Hal ini semakin menambah daya tarik dan menjadikannya salah satu misteri terbesar yang belum terpecahkan dalam sejarah Tiongkok.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR