Kuali-kuali tersebut, dengan tulisan dan desainnya yang unik, berfungsi sebagai representasi visual dari kesatuan politik ini.
Kuali juga digunakan dalam ritual dan upacara kenegaraan, yang semakin memperkuat signifikansi politiknya.
Ritual-ritual tersebut bukan sekadar acara keagamaan, melainkan upacara politik penting yang menegaskan kewibawaan penguasa.
Penggunaan kuali dalam ritual ini menegaskan peran mereka sebagai simbol kekuasaan dan kedaulatan. Perpindahan kuali dari satu dinasti ke dinasti berikutnya merupakan peristiwa penting yang menandai peralihan kekuasaan.
Tindakan pengambilalihan kuali dipandang sebagai tanda suksesi takhta penguasa baru. Tradisi ini berlanjut hingga hilangnya kuali selama periode Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur.
Hilangnya Kuali Secara Misterius
Salah satu aspek yang paling menarik dari Sembilan Tripod adalah hilangnya mereka secara misterius.
Catatan sejarah terakhir tentang kuali ini berasal dari periode Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur, sebuah era penuh gejolak yang ditandai dengan perebutan kekuasaan dan kebangkitan serta jatuhnya banyak negara bagian.
Setelah periode ini, kuali tersebut lenyap dari catatan sejarah, nasibnya tidak diketahui. Hilangnya kuali telah menjadi subyek banyak spekulasi dan perdebatan di kalangan sejarawan.
Beberapa teori menyatakan bahwa mereka hilang selama berbagai perang dan konflik pada saat itu. Mereka bisa saja disita, disembunyikan, atau bahkan dihancurkan oleh negara-negara saingan.
Teori lain menyatakan bahwa kuali dikubur atau disembunyikan untuk melindunginya agar tidak dinodai atau dicuri.
Kuali-kuali tersebut adalah benda suci. Kehilangan atau penodaannya akan dipandang sebagai pertanda buruk, tanda hilangnya amanat surga.
Oleh karena itu, ada kemungkinan mereka disembunyikan untuk menjaga kesuciannya dan melindungi legitimasi dinasti yang berkuasa.
Terlepas dari teori-teori ini, keadaan sebenarnya dari hilangnya Sembilan Kuali Tripod masih menjadi misteri.
Tidak ada bukti fisik kuali yang ditemukan dan lokasi pastinya. Jika masih ada, tidak diketahui. Hal ini semakin menambah daya tarik dan menjadikannya salah satu misteri terbesar yang belum terpecahkan dalam sejarah Tiongkok.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR