Di Malta, para Kesatria melanjutkan peran mereka sebagai kekuatan angkatan laut. Mereka mempunyai armada kapal galai, yang mereka gunakan untuk operasi pertahanan dan ofensif melawan Ottoman dan bajak laut Barbary.
Tindakan mereka pada periode ini dipandang sebagai tindakan pembelaan umat Kristen dan pembajakan yang direstui negara.
Para Kesatria juga mengubah Malta menjadi pulau berbenteng. Ibu kotanya, Valletta, dinamai menurut Grand Master de Valette, dirancang sebagai kota benteng, dan banyak benteng serta menara pengawas dibangun di seluruh pulau.
Pemerintahan Kesatria di Malta berlanjut hingga tahun 1798, ketika Napoleon Bonaparte merebut pulau-pulau tersebut selama kampanyenya di Mesir.
Para Kesatria digulingkan tanpa perlawanan, menandai berakhirnya kekuasaan mereka sebagai kekuatan teritorial.
Tatanan Kesatria Hospitaller di Era Modern
Setelah pengusiran mereka dari Malta, Kesatria Hospitaller juga dikenal sebagai Kesatria Malta, memasuki periode perubahan dan adaptasi yang signifikan.
Meskipun tidak lagi memegang kedaulatan teritorial, mereka berhasil mempertahankan dan mengembangkan identitas mereka, dan terus meengaruhi dunia dengan cara yang tidak terduga.
Setelah tahun 1798, Ordo tersebut berantakan, dan anggotanya tersebar di seluruh Eropa. Namun, mereka berhasil mengatur ulang diri mereka sendiri, memilih Grand Master baru dan mendirikan markas sementara di Roma pada tahun 1834, yang masih bertahan hingga hari ini.
Meskipun mereka tidak lagi memiliki kekuatan militer, para Kesatria kembali ke akar asal mereka di rumah sakit. Mereka memfokuskan upaya mereka pada penyediaan perawatan medis, bantuan kemanusiaan, dan bantuan darurat, terutama pada saat perang atau bencana.
Saat ini, Ordo mengoperasikan rumah sakit, klinik, dan layanan ambulans di lebih dari 120 negara. Mereka juga berperan dalam diplomasi internasional, menjaga hubungan diplomatik dengan banyak negara dan menyandang status pengamat di PBB.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR