Nationalgeographic.co.id—Persephone adalah putri Zeus dan Demeter dalam mitologi Yunani. Zeus dan Demeter adalah saudara kandung, keduanya anak dari Titan Cronus dan Rhea.
Orang Yunani bahkan merayakan festival Misteri Eleusinian setiap tahunnya untuk menghormati Persephone dan Demeter.
Persephone sering digambarkan sangat cantik, memikat hati manusia dan dewa. Penyair dan mitografer Yunani menggambarkannya sebagai dewi kecantikan yang luar biasa, yang mewujudkan kesegaran dan daya tarik musim semi.
Pesonanya sering digambarkan selaras dengan alam, mencerminkan mekar dan semaraknya alam. Dalam seni dan sastra, Persephone digambarkan sebagai sosok yang muda, anggun, dan bercahaya, sering kali dikelilingi oleh simbol musim semi dan kesuburan, seperti bunga dan buah yang matang.
Penculikan Persephone
Hades, dewa dunia bawah yang ditakuti, terpesona oleh kecantikan dan keanggunan Persephone dalam mitologi Yunani. Dia meminta persetujuan Zeus untuk mengambilnya sebagai pengantin.
Zeus menyetujui persatuan ini. Hades, memanfaatkan kesempatan dengan menangkap Persephone saat dia memetik bunga dan membawanya ke kerajaan gelapnya, tempat yang jauh dari sinar matahari dan semangat dunia atas.
Tindakan penculikan ini membuat Demeter sangat sedih. Bumi yang tadinya subur berubah menjadi dingin dan tak bernyawa, mencerminkan keputusasaan Demeter sendiri.
Kesedihan ini begitu dalam sehingga Demeter, dalam keputusasaannya, menahan pemberiannya dari bumi. Panen gagal, dan kelaparan mengancam keberadaan umat manusia.
Kesedihannya bukan sekadar penderitaan pribadi; itu menjadi pengalaman bersama bagi semua makhluk hidup. Perubahan ini tidak luput dari perhatian para dewa dan manusia lainnya, yang dengan cepat menyadari betapa parahnya situasi.
Korelasi langsung antara keadaan emosi dewa dan kondisi bumi merupakan elemen kunci dalam interpretasi Yunani terhadap fenomena alam.
Para dewa bukanlah entitas yang jauh; tindakan dan perasaan mereka mempunyai dampak langsung dan nyata terhadap dunia manusia.
Nasib bumi menyebabkan intervensi Zeus, yang memahami bahwa keseimbangan perlu dipulihkan. Dia mengirim Hermes, dewa pembawa pesan, untuk menegosiasikan kembalinya Persephone.
Namun, ceritanya berubah ketika Persephone diketahui telah memakan biji delima di Dunia Bawah. Dalam mitologi Yunani kuno, Dunia Bawah memiliki aturan, siapa pun yang makan atau minum apa pun di dunia ini akan terikat padanya dan tidak bisa keluar.
Ketika Persephone memakan biji delima (jumlah bijinya bervariasi menurut versi mitos yang berbeda, sering disebut tiga atau enam), tanpa disadari dia mengikat nasibnya dengan Dunia Bawah. Artinya, dia tidak bisa sepenuhnya kembali ke dunia kehidupan.
Ketika Demeter mengetahui apa yang terjadi dia putus asa. Pertemuannya kembali dengan putrinya kini diperumit oleh tindakan ini.
Sebuah kompromi akhirnya tercapai dimana Persephone akan menghabiskan sebagian waktunya bersama ibunya dan sisanya dengan Hades dalam mitologi Yunani kuno.
Pembagian waktu ini menyebabkan terciptanya musim. Ketika Persephone bersama Demeter, bumi mengalami musim semi dan musim panas, saat Demeter bersukacita atas kehadiran putrinya, membuat dunia subur dan melimpah.
Sebaliknya, ketika Persephone kembali ke Hades, Demeter berduka. Bumi mengalami musim gugur dan musim dingin. Hal itu adalah kisah yang menjelaskan tatanan alam dengan cara yang berpusat pada manusia dan sangat pribadi, menghubungkan kehidupan masyarakat secara langsung dengan keinginan dan kehendak para dewa.
Asal-usul Festival Misteri Eleusinian
Praktik budaya dan agama orang Yunani kuno sangat terkait dengan mitologi mereka. Hal ini terutama terlihat dalam cara mereka menghormati dewa seperti Demeter dan Persephone.
Inti dari praktik ini adalah berbagai festival dan upacara yang merayakan para dewa dan fenomena alam yang mereka wakili.
Salah satu peristiwa keagamaan yang paling penting adalah Misteri Eleusinian, yang diadakan untuk menghormati Demeter dan Persephone.
Upacara-upacara ini diselimuti kerahasiaan, diadakan setiap tahun di Eleusis, dekat Athena. Partisipasi dalam misteri ini dianggap sebagai pengalaman yang sangat sakral dan transformatif, menjanjikan pahala di akhirat dan pemahaman spiritual yang lebih dalam.
Turunnya Persephone ke dan kembalinya dari Dunia Bawah dipandang sebagai kiasan untuk penanaman benih dan pertumbuhan selanjutnya menjadi tanaman.
Waktunya di Dunia Bawah bertepatan dengan bulan-bulan musim dingin, ketika bumi tampak tandus dan tak bernyawa, mencerminkan ketidakhadirannya di dunia atas.
Kembalinya dia menandai datangnya musim semi dan musim panas, masa pertumbuhan dan kelimpahan.
Pembacaan mitos ini menekankan kedekatan masyarakat Yunani dengan tanah dan ketergantungan mereka pada pertanian untuk bertahan hidup.
Mitos dipandang sebagai metafora siklus alami kehidupan, melambangkan transisi yang tak terhindarkan dari masa muda ke masa dewasa, dan akhirnya menuju kematian dan harapan akan kelahiran kembali atau pembaruan.
Peran ganda Persephone sebagai dewi musim semi dan ratu Dunia Bawah mewujudkan dualitas keberadaan ini.
Kisahnya mencerminkan pemahaman Yunani tentang akhirat dan konsep jiwa yang tidak berkematian, sebuah keyakinan yang kemudian diadopsi dan dimodifikasi oleh berbagai aliran filsafat di Yunani kuno.
Mitos tersebut juga telah dianalisis melalui kacamata dinamika gender dan peran perempuan dalam masyarakat Yunani.
Penculikan Persephone oleh Hades, diikuti dengan kehidupannya sebagai ratu Dunia Bawah, dapat diartikan sebagai cerminan transisi remaja putri dari rumah kelahirannya ke rumah perkawinannya, sebuah perubahan sosial yang signifikan dalam masyarakat Yunani kuno.
Selain interpretasi tersebut, mitos Persephone juga dilihat dari sudut pandang ekologi, menekankan keterhubungan semua bentuk kehidupan dan siklus alam.
Perspektif ini menggarisbawahi relevansi mitos kuno dalam diskusi kontemporer mengenai lingkungan dan keseimbangan ekologi.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | History,The Collector |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR