Meskipun Baldwin mendapat dukungan dari kerajaannya, dia menyadari tidak akan mempunyai ahli waris dan penyakitnya perlahan-lahan berkembang.
Untuk menjamin stabilitas domain, Baldwin IV mengatur pernikahan dinasti antara saudara perempuannya Sibylla dan William dari Montferrat, pewaris keluarga Italia yang berkuasa.
Sayangnya, William tidak berumur panjang. Dia meninggal mendadak pada tahun 1177, meninggalkan Sibylla menjadi janda dan hamil.
Sementara raja penderita kusta menangani masalah kenegaraan ini, Saladin, sultan Mesir dan Suriah, sibuk menyatukan kekuatan Muslim untuk mengusir tentara salib keluar dari Tanah Suci demi kebaikan dan menyatakan jihad.
Namun, awal pemerintahan Baldwin ditandai dengan keberhasilan militer melawan kaum Muslim. Pada tahun 1177, ia merebut kembali kota Ascalon dari Saladin, sebuah kemenangan yang mengembalikan Palestina selatan ke kendali Kristen.
Selama invasi ini, Baldwin diyakini terjebak di Ascalon, datang dari belakang pasukan Saladin dan mengalahkannya sepenuhnya di Montgisard .
Pada usia 16 tahun, Baldwin IV menjadi kekuatan pendorong utama dalam kampanye melawan Saladin, memimpin pasukannya dari depan. Dia adalah pemimpin yang efektif dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya dengan keberanian dalam menghadapi kesulitan.
Dia memimpin setiap pertempuran, sebagaimana seharusnya seorang raja, dan mampu menggalang dukungan dari banyak tokoh terkemuka di kerajaannya.
Sepanjang masa remajanya hingga awal dua puluhan, Baldwin IV berhasil menghalau berbagai serangan Saladin, bahkan ketika raja penderita kusta itu hanya menggunakan satu tangan untuk menunggang kuda dan memegang pedang, sebuah fakta yang sudah biasa ia lakukan selama pelatihannya.
Kematian Tragis Baldwin
Penyakit yang diidapnya semakin parah, Baldwin mengamankan masa depan kerajaan. Pada tahun 1180, Baldwin IV mengatur agar Sibylla menikahi Guy de Lusignan untuk pernikahan keduanya.
Baldwin IV mengangkat Guy menjadi wali, yang terbukti merupakan sebuah kesalahan. Guy adalah pemimpin yang tidak efektif dan sering mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengannya atau siapa pun di kerajaan, seolah-olah memberontak terhadap pemerintahan.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR