Perempuan Mongol yang jauh lebih berpengaruh secara politik dan mandiri sama sekali tidak tertarik untuk menjadikan anak perempuan mereka agar sesuai dengan standar kecantikan Tiongkok.
Oleh karena itu, kaki perempuan langsung menjadi penanda identitas etnik, yang membedakan perempuan Tionghoa Han dengan perempuan Mongol.
Hal yang sama juga terjadi ketika etnis Manchu menaklukkan Ming Tiongkok pada tahun 1644 dan mendirikan Dinasti Qing (1644–1912).
Perempuan Manchu secara hukum dilarang mengikat kaki mereka. Namun tradisi tersebut tetap kuat di kalangan rakyat Han.
Pada awal abad ke-20, pengikatan kaki akhirnya mulai menurun di sejarah Tiongkok seiring dengan modernisasi negara tersebut. Gagasan Barat tentang hak-hak perempuan mulai mempengaruhi masyarakat Tiongkok.
Praktek ini secara resmi dilarang pada tahun 1912, namun terus berlanjut di beberapa daerah pedesaan selama beberapa dekade. Saat ini, mengikat kaki dipandang sebagai peninggalan masa lalu, dan banyak perempuan Tiongkok menderita akibat jangka panjang dari praktik tersebut.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR