Nationalgeographic.co.id—Mewarnai sejarah abad pertengahan, bangsa Mongol pernah hadir menguasai daratan dari Eropa Timur dan Asia. Bangsa ini berasal dari stepa Asia di utara Tiongkok yang kini disebut sebagai Mongolia.
Kehadiran bangsa Mongol tampaknya telah mewarnai periode sejarah tertentu, bahkan jauh sebelum kekaisaran besar yang didirikan oleh Genghis Khan.
Bangsa Mongol berasal dari konfederasi suku-suku penunggang kuda nomaden di stepa utara Tiongkok. Sebelum era Genghis Khan di sejarah abad pertengahan, beberapa suku ini telah bangkit menjadi ancaman bagi peradaban pesat di sekitarnya seperti Tiongkok, bahkan Eropa yang lokasinya nun jauh.
Beberapa suku ini pun terdiri dari gabungan etnis, termasuk Turki yang nantinya akan dibahas lebih lanjut.
Dari utara dan timur laut Tiongkok
Keberadaan tentang suku-suku nomaden utara Tiongkok pertama kali disebutkan oleh Sima Qian (hidup sekitar 145-86 SM), sejarawan Kekaisaran Tiongkok era Dinasti Han (206 SM-220 M). Dia menyebut bahwa kawasan utara Tiongkok dikuasai oleh suku-suku nomaden yang disebut sebagai Xiongnu.
Catatan lain dari Kekaisaran Tiongkok periode Dinasti Zhou Akhir (951–960 M), menyebut kawasan timur laut Tiongkok diduduki oleh konfederasi suku nomaden yang dinamai Hu.
Adam T. Kessler dalam Empires Beyond the Great Wall: The Heritage of Genghis Khan menulis, kawasan Mongolia dan Siberia selatan diduduki oleh masyarakat nomaden yang disebut sebagai Proto-Mongol selama ribuan tahun.
Berdasarkan temuan arkeologis, terang Kessler, masyarakat ini telah berkembang menjadi kebudayaan perunggu yang canggih pada abad ketiga SM. Mereka telah menggunakan kereta perang, busur, dan anak panah, serta kegiatan perburuan anjing.
Etnis Hu disebutkan sebagai salah satu etnis Tionghoa yang lain dan memiliki minat perdagangan dengan Kekaisaran Tiongkok. Hal ini juga yang kerap mengganggu kestabilan Kekaisaran Tiongkok, karena Hu kerap menyerang dengan tujuan memperkuat perekonomian.
Hu bertetangga dengan Xiongnu. Para ahli sejarah berpendapat bahwa bangsa Hu dan Xiongnu mungkin penduduk yang satu rumpun tinggal di stepa Asia Tengah, Mongolia, dan Siberia. Pendapat lainnya, Xiongnu adalah bangsa Turki (Skithia) yang juga nomaden.
Hanya saja, penamaan "Hu" dalam Tiongkok, lebih kerap mengacu kepada bangsa lain di timur laut selain etnis Tionghoa--tidak selalu bangsa Mongol. Hal itu juga mengacu kepada bangsa lainnya seperti Korea atau. Bagaimanapun, Sima Qian menyebut bahwa masyarkat Hu, pada masanya, dikuasai oleh Xiongnu.
Bangsa Mongol pernah menyerang Eropa, jauh sebelum Genghis Khan
Sebelum sejarah abad pertengahan dimulai, peradaban Eropa pernah diserang oleh bangsa nomaden yang keji dari arah timur. Mereka adalah bangsa Hun dan Avar.
Sekiar abad keempat Masehi, bangsa Hun tiba di Laut Kaspia dan terus maju ke arah barat. Mereka menyerang kawasan Eropa Timur dan bangsa Jermanik. Acap kali, mereka menjadi ancaman bagi Kekaisaran Romawi.
Pada akhirnya, keberadaan bangsa Hun yang dipimpin oleh Attila merusak kondisi Eropa. Kelak, mereka akan membawa kehancuran pada sistem Kekaisaran Romawi yang sudah bobrok pada abad keenam.
Setelah Kekaisaran Romawi hancur, bangsa nomaden lainnya datang dari arah timur pada abad ketujuh Masehi. Catatan dari Kekaisaran Bizantium menyebut mereka sebagai bangsa Avar yang kemudian mendirikan kekaisaran selama 200 tahun di Eropa Timur seperti Hungaria. Diketahui, bangsa Avar pernah mengepung Konstantinopel.
Sekian lama menjadi kontroversi, dua bangsa ini ditelaah dalam dua studi. Studi arkeologi pertama tahun 2022 bertajuk Historical human migrations: From the steppe to the basin mengungkapkan bahwa individu dari era Hun, memiliki genetik seperti bangsa Mongol.
Di tahun yang sama, makalah Ancient genomes reveal origin and rapid trans-Eurasian migration of 7th century Avar elites juga menyingkap bahwa genetika bangsa Avar punya hubungan dengan bangsa Mongol.
Temuan itu memiliki dua kemungkinan. Yang pertama, kemungkinan memang dua atau salah satu bangsa tersebut berasal dari Mongolia. Kemungkinan lainnya, mereka mungkin adalah bangsa Skithia yang memiliki rumpun dengan Iran dan Turki, tetapi pernah berinteraksi dengan bangsa Mongol di Timur.
Mongol menjelang kedigdayaan
Bangsa Mongol pernah mendirikan kekaisaran besar di Siberia dan Asia Tengah, sebelum Genghis Khan. Kekaisaran tersebut adalah Kekhanan Rouran (330-550 SM) yang berasal dari konfederasi kesukuan Xianbei.
Tidak ada catatan rinci mengenai Kekhanan Rouran. Kehidupan kekuasaan ini terdiri dari pimpinan klan. Sumber sejarah yang diandalkan sejarawan adalah prasasti dan catatan Tiongkok Dinasti Han. Kehancuran Kekhanan ini kemungkinan yang melatari kedatangan bangsa Avar di Eropa Timur.
Setelah itu, kawasan Mongolia di bawah bangsa Turki seperti Kekhanan Turki Pertama dan Kekhanan Turki Kedua. Namun, di sisi timur, bangsa Khitai yang masih satu budaya dengan bangsa Mongol mendirikan Dinasti Liao (907-1125) di Tiongkok.
Kekaisaran ini berdiri setelah kejatuhan Dinasti Tang pada abad kesepuluh Masehi. Selanjutnya, Dinasti Liao jatuh akibat pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa Jurchen di Manchuria. Dinasti itu pun diganti oleh Dinasti Jinn pada 1125 dengan penangkapan Kaisar Tianzuo.
Kebangkitan bangsa Mongol
Selama penguasaan Dinasti Jurchen Jin, bangsa Mongol takluk kepada penguasanya. Bangsawan Khitai yang sebelumnya berkuasa dari Dinasti Liao, kabur ke wilayah barat dengan mendirikan Qara Khitai atau Dinasti Liao Barat yang berumur pendek.
Sementara di dataran Mongolia sendiri, beberapa suku dan klan bangsa Mongol tergabung dalam konfederasi yang longgar pada abad ke-12. Konfederasi ini disebut sebagai Khamag Mongol yang memainkan peran penting untuk mengelola masyarakat, setelah Dinasti Liao jatuh.
Dalam konfederasi ini, mereka kerap menangkis serangan Dinasti Jinn. Khan pertama mereka adalah Khabul Khan dari klan Borjigin.
Konfederasi ini rapuh secara politik. Tidak jarang, klan bersekutu dan bermusuhan satu sama lain, sehingga kerap terjadi perang saudara. Pergantian Khan Agung kerap membawa keributan antarklan yang pada akhirnya mengalami kekosongan politik pada 1189.
Salah satu yang mencolok adalah Temujin yang berasal dari suku Khiyad. Dia menjadi Khan untuk Khamag Mongol saat kekosongan kekuasaan berlangsung.
Namun, kondisinya tidak mudah karena ada ancaman datang dari bangsa Tatar dari kawasan Manchuria (kawasan tepi timur Rusia dekat Pulau Sakhalin). Temujin menyatukan semua kelompok klan yang saling bertikai, sehingga membuatnya digelar sebagai Genghis Khan.
Keberhasilannya mempersatukan seluruh klan dan suku diklaim sebagai titah dari langit. Klaim itu diserukan olehnya kepada masyarakatnya yang memeluk agama Tengrisme, agama asli bangsa Mongol.
Peter Jackson dalam The Mongols and the West (1221-1410) menyebut Temujin membuat bangsa Mongol sangat kuat. Bangsa ini bukan lagi menjadi sasaran bagi bangsa asing, melainkan melancarkan serangan ke negara-negara tetangga sejak 1209. Serangan pertamanya adalah ke Xia Barat dan Dinasti Jin.
Kemampuan milier mereka sudah berkembang berabad-abad lamanya sebagai penunggang kuda dan pemanah. Bahkan, kampanye militer meluas hingga 1218, dengan salah satu jenderalnya bernama Jabe, berhasil menganeksasi sebagian wilayah Qara Khitai. Pada waktu yang sama, perluasan ke barat dimulai ketika Kekaisaran Khwarazmian di Asia Tengah memprovokasi.
Dari sini, babak Kekaisaran Mongol dimulai untuk memperluas kuasanya dari dunia timur hingga ke barat dalam sejarah abad pertengahan.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR