Sejak September 1231 hingga Januari 1232, Saritai mengepung kota Kuju dengan senjata canggih. Bangsa Mongol menggunakan ketapel batu besar dan logam cair untuk menghancurkan tembok kota. Kekaisaran Korea menolak menyerah. Mereka melawan sampai menang. Saritai dan serdadunya gagal menguasai Kuju.
Kuju kemudian menyerah ketika Istana Kekaisaran Korea memberi perintah. Saritai segera menuntut upeti seperti kuda, kuli berang-berang, dan satu juta pakaian untuk tentara. Kaisar Gojong pun memenuhi tuntutan.
Dengan demikian, Jenderal Saritai menarik pasukan utamanya dari kekaisaran Korea dengan meninggalkan para pejabat administatif.
Empat kampanye bangsa Mongol
Hentorn mencatat, bangsawan Dinasti Goryeo tidak semuanya sepakat dengan perintah Kaisar Gojong. Choe Woo, pimpinan militer junta Korea mengumpulkan semua pejabat tinggi pada musim semi 1232, memerintahkan Istana Kerajaan pindah ke Pulau Ganghwa.
Tindakan ini membuat bangsa Mongol murka. Sementara, Choe Woo bersiasat untuk menguasai kelemahan bangsa Mongol, yakni kekuatan di laut. Pulau Ganghwa pun dijadikan benteng pertahanan yang kuat untuk menghadapi bangsa Mongol.
Kekaisarn Mongol mengerahkan serangan kedua dengan pasukan dipimpin Hong Bok-won, pengkhianat dari Pyongyang. Serdadu Mongol memasuki Korea utara dan menuju pesisir di bagian selatan untuk merebut Pulau Ganghwa.
Walaupun Pulau Ganghwa berada beberapa mil dari pesisir, pasukan Mongol tidak mampu menaklukkannya. Mereka pun dipukul mundur ke Gwangju dan berhadapan dengan perlawanan masyarakat Sipil. Saritai terbunuh dalam peristiwa ini, sehingga bangsa Mongol mundur.
Tidak mau menyerah, bangsa Mongol segera memulai kampanye ketiganya pada 1235. Henthorn menulis, bangsa Mongol membawa kekuatan besar sehingga menghancurkan sebagian kawasan di Gyeongsang dan Jeolla.
Tidak jarang, Kekaisaran Korea bisa bertahan dan memenangkan pertempuran. Akan tetapi, bangsa Mongol yang tidak bisa menguasai Pulau Ganghwa melakukan serangan bumi hangus tanah pertanian Kekaisaran Korea. Hal ini membuat penduduk kelaparan. Hal ini pun membuat beberapa pejabat di Ganghwa menyerah dan Mongol mengeksekusi pemberontak.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR