Nationalgeographic.co.id—Osireon adalah kuil dalam sejarah Mesir kuno yang terletak di Abydos, di belakang Kuil Kamar Mayat Seti I. Osireion dikenal karena struktur yang unik dan indah di Mesir. Penemuan ini masih diperdebatkan oleh para arkeolog dan sejarawan selama lebih dari satu abad.
Tata letaknya yang unik dan desain yang terkesan ketinggalan zaman, menimbulkan pertanyaan tentang asal-usul dan tujuan Osireion yang sebenarnya.
Osireion terletak di Abydos, salah satu pusat keagamaan paling penting di Mesir kuno. Abydos adalah tempat ziarah dan ibadah, yang didedikasikan terutama untuk Osiris, dewa akhirat.
Dikutip History Skills, Osireion sendiri sering dikaitkan dengan Firaun Seti I dari Dinasti ke-19. Firauin memerintah selama periode Kerajaan Baru, masa kemakmuran dan kemegahan arsitektur yang belum pernah terjadi sebelumnya di sejarah Mesir kuno.
Namun, penanggalan Osireion telah menjadi bahan perdebatan di kalangan sarjana. Beberapa orang berpendapat bahwa gaya arsitektur dan bahan yang digunakan menunjukkan asal-usul jauh lebih tua, bahkan mungkin sudah ada sebelum era dinasti.
Desain Misterius Kuil Osireion di Sejarah Mesir Kuno
Berbeda dengan kuil dan piramida berornamen yang menjadi ciri sebagian besar arsitektur Mesir kuno, Osireion menghadirkan kontras yang mencolok dengan desainnya yang sederhana dan monolitik.
Strukturnya sebagian besar berada di bawah tanah, diukir pada batuan dasar dan sebagian tertutup oleh pasir waktu. Maula tengah yang dikelilingi oleh saluran seperti parit, yang diyakini beberapa orang dirancang untuk diisi dengan air, melambangkan perairan purba penciptaan dalam mitologi Mesir.
Aula tengah diapit oleh dua baris pilar besar, masing-masing dipahat dari sepotong granit merah, bahan yang harus diangkut dari tambang yang jaraknya ratusan mil.
Pilar-pilar ini menopang balok-balok ambang pintu yang sangat besar, menambah skala konstruksi yang menakjubkan.
Salah satu aspek yang paling membingungkan dari arsitektur Osireion adalah penggunaan batu megalitik, beberapa di antaranya memiliki berat hingga seratus ton.
Besarnya ukuran dan berat batu-batu ini telah menyebabkan banyak orang mempertanyakan bagaimana prestasi arsitektur seperti itu bisa dicapai dengan peralatan dan metode yang diyakini tersedia pada periode Kerajaan Baru.
Selain itu, tata letak struktur dan elemen desain, seperti tidak adanya prasasti dan penggunaan garis lurus serta sudut siku-siku, tidak lazim untuk kuil-kuil Mesir pada masa itu.
Fitur menarik lainnya adalah kesejajaran Osireion. Strukturnya berorientasi ke arah utara, tingkat presisi yang menunjukkan pengetahuan lanjutan di bidang astronomi dan matematika.
Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa Osireion tidak hanya berfungsi untuk tujuan keagamaan atau penguburan, tetapi mungkin juga untuk tujuan astronomi atau penanggalan.
Tidak adanya elemen dekoratif yang biasa ditemukan di kuil-kuil Mesir lainnya—seperti prasasti hieroglif, lukisan dinding, atau patung. Hal ini semakin menjadi misteri.
Seolah-olah Osireion dirancang untuk menjadi fungsional dan bukan sebagai hiasan, namun fungsi pastinya masih sulit dipahami.
Penelitian Modern
Situs ini ditemukan oleh arkeolog Flinders Petrie dan Margaret Murray dalam sejarah Mesir kuno. Mereka melakukan penggalian situs tersebut pada tahun 1902–1903. Sir William Matthew Flinders Petrie, adalah seorang Egyptologist Inggris dan pelopor metodologi sistematis dalam arkeologi dan pelestarian artefak.
Dia menjabat ketua Egyptology pertama di Inggris, dan menggali banyak situs arkeologi terpenting di Mesir bersama istrinya, Hilda Petrie. Beberapa orang menganggap penemuannya yang paling terkenal adalah Prasasti Merneptah.
Margaret Alice Murray adalah seorang Egyptologist, arkeolog, antropolog, sejarawan, dan folklorist Anglo-India. Pada tahun 1902–03 ia ikut serta dalam penggalian Petrie di Abydos, Mesir, dan di sana ia menemukan kuil Osireion dan musim berikutnya menyelidiki pemakaman Saqqara.
Terlepas dari perbedaan gaya yang besar antara Osireion dan monumen Kerajaan Baru lainnya, banyak ahli Mesir Kuno yang memuji Merenptah. Alasan mengapa dibangun pada tingkat rendah masih menjadi misteri.
Banyak yang berpendapat bahwa Seti I memilih tempat khusus di Abydos ini sebagai kuilnya karena Osireion sudah ada di sana. Bangsa Mesir, sepanjang sejarahnya, secara teratur merenovasi monumen-monumen tua sambil menambahkan karya seni baru.
Perspektif Egyptological tradisional sering mengaitkan Osireion dengan Firaun Seti I, yang menunjukkan bahwa Osireion berfungsi sebagai semacam cenotaph atau makam simbolis.
Teori ini didukung oleh kedekatan struktur tersebut dengan Kuil Seti I dan kesejajarannya dengan pemujaan Osiris, dewa akhirat.
Namun penjelasan ini bukannya tanpa tantangan. Tidak adanya prasasti, ciri arsitektur yang unik, dan penggunaan batu megalitik menimbulkan pertanyaan apakah Osireion dapat dibangun pada masa pemerintahan Seti I.
Teori-teori alternatif telah muncul untuk mengisi kesenjangan yang ditinggalkan oleh penjelasan tradisional.
Beberapa orang berpendapat bahwa Osireion jauh lebih tua dari yang diyakini secara umum, mungkin mendahului era dinasti Mesir kuno.
Para pendukung pandangan ini menunjuk pada teknik konstruksi megalitik dan kesejajaran astronomis struktur tersebut sebagai bukti.
Yang lain bahkan berspekulasi ke ranah spekulatif, menyarankan keterlibatan makhluk luar angkasa atau menghubungkan Osireion dengan benua Atlantis yang hilang dalam mitos.
Meskipun teori-teori ini ditolak oleh para pakar arus utama, teori-teori tersebut terus menarik imajinasi publik dan berkontribusi pada perdebatan yang sedang berlangsung.
Signifikansi religius dan mitologis Osireion menambah kompleksitas teori tentang asal usul dan tujuannya.
Desain strukturnya, menampilkan aula tengah yang dikelilingi saluran air, telah ditafsirkan sebagai representasi simbolis dari "Pulau Api", sebuah tempat mitos yang dikaitkan dengan legenda Osiris.
Hal ini menyebabkan beberapa orang berspekulasi bahwa Osireion memiliki tujuan ritual, mungkin sebagai tempat upacara inisiasi atau sebagai representasi dari kehidupan setelah kematian.
Dalam beberapa tahun terakhir, pendekatan interdisipliner berupaya menyelaraskan berbagai teori dengan mempertimbangkan peran Osireion dalam konteks budaya dan sejarah Mesir kuno yang lebih luas.
Beberapa peneliti sedang menjajaki kemungkinan bahwa struktur tersebut memiliki berbagai tujuan dari waktu ke waktu, beradaptasi dengan perubahan lanskap agama dan politik dalam sejarah Mesir kuno.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR