Nationalgeographic.co.id–Kekaisaran Romawi memiliki banyak musuh. Namun beberapa di antaranya jelas merupakan musuh terkuat dan tak mungkin terlupakan.
Meski peradaban Romawi telah menginspirasi dan mempengaruhi peradaban dunia saat ini, kemakmuran Kekaisaran Romawi pada masanya juga menarik banyak musuh dan pengkritik. Beberapa dari musuh-musuh tersebu telah menjarah kota di wilayah Romawi, sementara yang lain menciptakan kekacauan di pedesaan.
Salah satu musuh terkuat Romawi adalah Brennus dari Senones. Secara historis mungkin ada banyak Brennus. Faktanya, nama ini mungkin merupakan gelar dan bukan nama pribadi.
Namun Brennus yang kita bicarakan di sini adalah orang yang terkenal menjarah Roma pada abad ke-4 SM. Dia berasal dari suku di wilayah Galia (Gaul) bernama Senones dari wilayah Prancis saat ini.
Aktivitas Suku Senones di Italia
Suku Senones tiba di Italia pada awal abad ke-4 SM dan menetap di pantai timur. Tidak ada yang diketahui mengenai motivasi mereka untuk menyeberangi Pegunungan Alpen ke Italia.
Namun Plutarch mengklaim bahwa mereka didorong oleh kecintaan mereka terhadap anggur Italia dan datang “untuk mencari tanah yang menghasilkan buah-buahan tersebut, mengingat seluruh dunia tandus dan liar” (Life of Camillus, 15.2). Plutarch juga mencatat kisah tentang seorang pria Italia yang istrinya tidak setia kepadanya yang mencari dan memimpin Senones ke Italia sebagai balas dendam serta teori bahwa mereka meninggalkan Gaul hanya karena populasinya terlalu banyak.
Setelah tiba, suku Senone mendirikan Kota Sena Gallica di pesisir pantai (Senigallia modern) setelah mengusir suku Umbria dari wilayah tersebut. Mereka terlibat dalam perdagangan dengan pemukiman seperti Massilia dan Etruria dan mendirikan permukiman selanjutnya, dengan Sena Gallica sebagai ibu kotanya.
Keberhasilan nyata mereka dalam pertempuran melawan Umbria membuat mereka mendapatkan reputasi di antara kota-kota besar dan kecil di Italia sebagai pejuang yang tangguh. Mereka juga sering dipekerjakan sebagai tentara bayaran di berbagai pasukan.
Saat mereka bergerak ke seluruh negeri, berjuang untuk satu permukiman melawan permukiman lain dan kembali ke Sena Gallica, mereka membawa kembali laporan tentang tanah yang kaya dan subur di pesisir. Hal ini kemudian mendorong beberapa kelompok untuk bermigrasi ke selatan dan beberapa kelompok penyerang untuk merebut tanah tersebut dari yang lain.
Belakangan, salah satu kelompok Senones, dipimpin oleh panglima perang Brennus, datang ke kota Clusium. Namun tampaknya ada beberapa perbedaan dalam sumber asli yang diambil Livy dan yang lainnya mengenai motivasi mereka.
Mungkin saja mereka awalnya diundang untuk datang sebagai tentara bayaran untuk memperjuangkan salah satu partai politik di Clusium melawan saingannya atau diminta untuk memperjuangkan Clusium melawan kota lain dan kemudian melawan Clusium itu sendiri. Namun latar belakang pergerakan ini tidaklah jelas dan tak bisa dipastikan.
Plutarch mengklaim bahwa mereka sedang mencari tanah dan, melihat ada banyak tanah di sekitar kota yang tampaknya tidak diklaim, bertanya kepada penduduk Clusian apakah mereka bisa mendapatkan hak untuk bertani dan tinggal di sana. Keluarga Clusian tidak mau berbagi dan meminta keluarga Senones untuk melanjutkan hidup. Suku Senones kemudian mengepung kota tersebut, dan suku Clusian meminta bantuan Roma.
Penjarahan Roma
Sebagian besar kisah Brennus dan penjarahan Roma yang terkenal diketahui dari karya sejarawan seperti Plutarch, Livy, dan lainnya yang hidup jauh setelah zaman Brennus. Mereka mungkin telah mengumpulkan fakta dari beberapa karya sebelumnya.
Tidak ada konsensus di kalangan sejarawan mengenai alasan Brennus melintasi Pegunungan Alpen dan menetap di pantai timur Italia. Hal ini mungkin disebabkan oleh kelebihan populasi di Gaul dan kelangkaan sumber daya di sana.
Brennus dan anak buahnya awalnya sibuk dalam pengepungan Clusium, sebuah kota di utara Roma, ketika beberapa orang Romawi ikut campur dalam urusan mereka. Percikan api berkobar dengan cepat dan Brennus segera bergerak melawan Roma. Dia dan anak buahnya melakukan perjalanan menuju kota kekaisaran dan bertemu tentara Romawi di dekat Sungai Allia.
Pertempuran berikutnya menyebabkan tentara Romawi dikalahkan oleh Galia (c. 390 SM). Brennus segera mengepung Capitoline Hill, setelah menjarah kota tersebut.
Brennus meminta seribu pound emas kepada Kekaisaran Romawi ketika dipanggil untuk negosiasi guna mengakhiri pengepungan. Selama pengukuran yang sama, legenda mengatakan bahwa dia terkenal mengatakan 'Vae Victis' yang berarti 'Celakalah bagi yang kalah,' ungkapan yang bertahan dalam pasir waktu sejak saat itu. Padahal hal itu mungkin tidak diucapkan sama sekali oleh Brennus.
Panglima Gaul itu akhirnya dikalahkan dan mungkin dibunuh oleh pasukan yang dipimpin oleh Marcus Furius Camillus, yang kini dipuji sebagai pendiri kedua Roma kuno setelah Romulus yang legendaris. Nama Brennus bertahan dari generasi ke generasi dan selanjutnya diucapkan dengan rasa kagum dan takut.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR