Pemberontakan ini mungkin menyebabkan Prasutagus diangkat menjadi pemimpin suku tersebut, mungkin dipandang oleh orang Romawi sebagai pemimpin yang dapat menjaga garis Iceni.
Bahkan dalam wasiatnya, Prasutagus berusaha menyeimbangkan antara Iceni dan Romawi. Di dalamnya ia mewariskan kerajaannya kepada kedua putrinya dan kaisar Romawi Nero.
Tidak adanya nama Boudica dalam surat wasiat suaminya membuat para sejarawan berspekulasi bahwa, bahkan ketika suaminya masih hidup, ratu Iceni itu mempunyai pandangan anti-Romawi yang kuat.
Namun pengaturan negara klien ini runtuh setelah kematian Prasutagus. Romawi kemudian merampas Kerajaan Iceni dari Boudica dan putri-putrinya
"Kerajaannya dijarah oleh para perwira, rumahnya oleh para budak, seolah-olah mereka adalah rampasan perang. Pertama, istrinya, Boudicea, dicambuk, dan putri-putrinya menjadi marah. Semua pemimpin Iceni, seolah-olah Roma telah menerima seluruh negeri ini sebagai hadiah, dilucuti semua berikut harta leluhurnya, dan kerabat raja dijadikan budak..." tulis Tacitus dalam The Annals (Terjemahan oleh Alfred John Church, melalui Perseus Digital Library)
Setelah kemerdekaan kerajaannya hilang—putri-putrinya diperkosa, dan dirinya dicambuk—Boudica pun akhirnya muak. Dia mengumpulkan pasukan, mendapatkan dukungan dari suku lain yang dirugikan yang dikenal sebagai Trinovantes.
Meskipun pemberontakan Boudica gagal mengusir Romawi dari Inggris, ratu Iceni itu telah menjadi pahlawan zaman modern.
“Boudica telah menjadi ikon sejarah nasional Inggris dan kini menjadi simbol tidak hanya kebebasan Inggris tetapi juga kekuatan perempuan,” tulis profesor klasik University of Newcastle, Marguerite Johnson dalam Boudicca (Bristol Classical Press, 2012).
"Dia (sosok Boudica) telah dilukis dan dipahat; dia telah 'membintangi' film dan telah menjadi protagonis di banyak buku, baik yang bersifat akademis maupun fiksi."
Pada tahun 1902, tidak lama setelah kematian Ratu Victoria, patung Boudica diresmikan di sebelah Jembatan Westminster di London. Berdiri di kereta perangnya, dan memegang tombak, patung itu menunjukkan sang ratu Iceni siap menghadapi kekuatan Roma.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR