Di antara penerapan pendidikannya, meliputi pengetahuan mendasar bagi para siswa NIAS dalam pelaksanaan vaksinasi. Hal ini bertujuan agar para lulusannya dapat langsung bekerja pada lingkungan kesehatan umum di kalangan masyarakat pedesaan.
Tidak ada siswa yang benar-benar lulus hingga awal tahun 1920an. Setelah perang berakhir, pendanaan pemerintah disetujui untuk pembangunan gedung baru yang mencakup auditorium dan perpustakaan.
Para pengajarnya sebagian besar diambil dari dokter-dokter militer Belanda. Selama tahun 1920-an, lembaga ini turut menggeret sejumlah dokter yang terlatih di Eropa sebagai instruktur, dr. Soetomo adalah dokter yang paling terkenal pada saat itu.
Pada tahun 1923, gedung baru yang dibangun khusus dibuka dan kelompok pertama lulusan bersertifikat. Mereka dikirim untuk memulai pengabdian mereka.
Pada tahun 1928 didirikanlah sekolah kedokteran gigi baru di sebelah kampus dokter NIAS, yang disebut sebagai School Tot Opleiding Van Indische Tandartsen (STOVIT). Surabaya menjadi produsen, pencetak para dokter pribumi.
Sampai pada tahun 1941, sekolah ini ditutup oleh pemerintah pendudukan Jepang. Setelah peperangan yang terjadi antara Jepang dan Indonesia pada tahun 1941, sekolah ini ditutup oleh pemerintah pendudukan Jepang.
Maka dari itu, siswa dari program ini dipindahkan ke Jakarta dan terdaftar di sekolah kedokteran baru yang dikelola oleh Jepang bernama Ika Daigaku. Meski sempat kosong, di masa kemerdekaan, NIAS hidup kembali.
Setelah itu terjadi beberapa kali perubahan, antara lain karena melalui masa kemerdekaan, dan pendudukan Inggris dan NICA Belanda di Surabaya.
Sampai akhirnya, gedung NIAS diubah menjadi Fakultas Kedokteran dari Universitas Airlangga, yang diumumkan secara resmi oleh Presiden Sukarno pada tahun 1954.
Karena arsitekturnya yang unik, Fakultas Kedokteran ini menjadi salah satu spot foto bagi mahasiswa. Pada bagian depan pintu masuk Fakultas Kedokteran ini masih ada tulisan Nederlandsch-Indische Artsen School.
***
Artikel ini merupakan hasil diskusi dengan Alya Fakhrun Nisa dari artikel gubahannya berjudul Cikal Bakal Universitas Airlangga yang diserahkan kepada penulis.
Source | : | Jurnal Prodi Ilmu Sejarah |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR