“Orang-orang Yunani jelas percaya bahwa inses tidak hanya menjijikkan bagi para dewa, tetapi juga bagi semua manusia yang berpikiran benar.” ujar sejarawan Sheila L. Ager dikutip Greek Reporter.
Memang benar, kisah-kisah mitologis seperti Oedipus memperingatkan terhadap praktik tersebut serta konsekuensinya yang tragis dan mengganggu.
Namun, praktik pernikahan saudara kandung mungkin telah membantu memperkuat kekuasaan di tangan Ptolemeus dan mungkin juga memperkuat legitimasi mereka sebagai firaun otentik di mata rakyat Mesir.
Ada juga beberapa orang Yunani yang mendukung praktik ini. Misalnya, Theocritus, seorang penyair Yunani dari Sisilia membandingkan pernikahan Ptolemy II dan Arsinoe II dengan pernikahan dewa Zeus dengan saudara perempuannya Hera.
Meskipun Ptolemy II dan saudara perempuannya Arsinoe II telah menikah, baru setelah persatuan Ptolemy IV dan Arsinoe III kebiasaan pernikahan inses ini menghasilkan lahirnya ahli waris ketika Ptolemy V lahir pada tahun 210 SM.
Pewaris takhta Mesir sebelumnya umumnya lahir dari firaun yang berkuasa dan wanita bangsawan Yunani lainnya.
Pertukaran Budaya dan Pencapaian Peradaban
Minoritas Yunani ada sebagai kelas yang terpisah dan memiliki hak istimewa di Mesir Ptolemeus dan umumnya memegang posisi paling penting di kerajaan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, beberapa orang Mesir belajar bahasa Yunani dan mampu mendapatkan posisi yang lebih penting.
Kota Aleksandria, yang didirikan oleh Aleksander Agung pada tahun 323 SM, merupakan ibu kota administratif dan budaya Kerajaan Ptolemeus. Kota ini mengikuti pola kisi-kisi gaya Helenistik dan menampilkan kuil, istana, dan perpustakaan yang mengesankan.
Landmark paling terkenal adalah Mercusuar Alexandria yang dibangun pada masa pemerintahan Ptolemeus II. Dengan ketinggian setidaknya 100 meter, itu adalah salah satu bangunan tertinggi di dunia selama berabad-abad.
Bangunan penting lainnya adalah Perpustakaan Besar Alexandria, yang didedikasikan untuk Muses, sembilan dewi seni dalam mitologi Yunani kuno.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR