Nationalgeographic.co.id—Di puncak kejayaannya, Kekaisaran Mughal dikenal akan pencapaiannya di berbagai bidang, mulai dari budaya, arsitektur, hingga militer. Hal ini tentu menarik banyak sejarawan modern untuk mempelajarinya.
Meskipun demikian, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Salah satu hal yang menarik adalah bagaimana kekuasaan mereka di India telah mengubah cita rasa lokal dan praktik kuliner.
Menurut Chandrahas Choudhury, seorang penulis sekaligus jurnalis dari India, tak banyak informasi yang dapat diperoleh mengenai kuliner Mughal.
“Tidak seperti arsitektur, yang sering kali bertahan selama ratusan tahun, dan fesyen, yang digambarkan dalam gambar-gambar dengan detail yang rumit, makanan merupakan subjek yang jauh lebih sulit dipahami oleh para sejarawan,” kata Choudhury.
Para juru masak pada saat itu tidak memiliki catatan dan bekerja bukan dari buku-buku resep, tetapi dengan menyerap pengetahuan praktis di dapur.
“Sumber-sumber tekstual yang menggambarkan makanan cenderung berasal dari mereka yang memakannya, bukan memasaknya,” imbuhnya.
Bahkan pesta Mughal yang terlihat dalam lukisan-lukisan zaman itu bisa saja menipu. Apakah ini makanan sehari-hari atau hanya makanan perayaan? Gambaran realitas atau gambaran ideal yang dimaksudkan untuk memproyeksikan kekuasaan dan kemegahan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mungkin menyibak karya Salma Husain, “The Mughal Feast”, pilihan yang tepat. Selain dikenal sebagai sejarawan dan cendikiawan Persia, Salma juga mendapat reputasi sebagai seorang ahli masakan Mughal.
The Mughal Feast disusun berdasarkan salah satu sumber utama dari periode ini, “Nuskha-e-Shahjahani” (resep-resep dari zaman Shah Jahan), sebuah buku yang ditulis oleh pengarang yang tidak dikenal dalam bahasa Persia.
Masa pemerintahan Shah Jahan dalam banyak hal merupakan periode yang ideal untuk mempelajari masakan Mughal.
Raja kelima dari Mughal yang agung ini memerintah antara tahun 1627 dan 1658, yang disebut Husain sebagai "masa damai dan berlimpah". Ini adalah masa dimana seni kreatif berkembang–dan tidak ada yang lebih baik daripada di dapur.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR