Nationalgeographic.co.id—Ramalan merupakan bagian penting dari kehidupan, agama, dan sejarah Kekaisaran Romawi. Faktanya, kita diberitahu oleh penulis Romawi Cicero bahwa Romulus, salah satu pendiri Roma yang legendaris, adalah seorang augur.
Augur adalah pendeta yang bertanggung jawab atas ramalan. Romulus mengamati langit untuk mencari tanda. Saat itu ia melihat kedatangan 12 'burung suci dari surga'. Kawanan burung tersebut pun dianggap sebagai tanda bahwa dia harus memerintah Roma.
Pada masa pemerintahan Julius Caesar pada abad ke-1 SM, Romawi memiliki 16 augur yang sangat dihormati.
Bagi orang di Kekaisaran Romawi, pertanda merupakan pesan dari para dewa. Oleh karena itu, pertanda harus dibaca dan ditafsirkan oleh mereka yang memahaminya.
Ada bentuk ramalan yang lebih terkenal seperti astrologi dan ramalan dari Buku Sibylline yang terkenal. Selain itu, pertanda juga bisa dilihat pada hati domba dan bersin atau tawa.
Apa saja metode ramalan paling tidak biasa yang digunakan oleh masyarakat di Kekaisaran Romawi?
Ayam
Pada tahun 249 SM, komandan Romawi Claudius Pulcher bersiap untuk melawan pasukan Kartago di lepas pantai Drepana di Sisilia. Penasaran bagaimana hasilnya, ia berkonsultasi dengan salah satu metode ramalan paling populer di militer Romawi – ayam suci. Kandang ayam-ayam ini dibawa ke seluruh dunia bersama tentara dan angkatan laut Kekaisaran Romawi. Ayam-ayam itu dirawat oleh seorang pejabat yang disebut pullaris.
Untuk meramal, beberapa genggam gandum ditaburkan di tanah dan ayam-ayam tersebut dilepas dari kandang. Jika mereka bergegas keluar dari kandang dan dengan rakus melahap biji-bijian, ini dianggap sebagai pertanda baik. Karena itu, tindakan menyerang diambil oleh orang-orang Romawi yang sedang berperang.
Namun, jika ayam-ayam tersebut ragu-ragu untuk keluar atau menunjukkan kurangnya minat terhadap biji-bijian, ini dianggap sebagai peringatan. Orang Romawi percaya bahwa pertarungan akan kalah dan harus dihindari.
Inilah yang dilakukan Pulcher dan ketika ayam-ayam suci itu tidak pergi mencari gandum, dia sangat marah. Karena itu, dia memerintahkan ayam-ayam untuk dilemparkan ke sisi perahunya. Pulcher berseru, “Jika mereka tidak mau makan, biarkan mereka minum!”
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR