Napoleon, yang tertarik dengan potensi implikasi batu tersebut terhadap pemahaman budaya dan sejarah Mesir kuno, secara pribadi memeriksanya sesaat sebelum keberangkatannya dari Mesir pada bulan Agustus 1799.
Meskipun tidak menyadari betapa pentingnya batu tersebut, Napoleon mengakui nilai batu tersebut sebagai peninggalan zaman kuno.
Batu Rosetta, lempengan besar basal hitam berukuran tinggi sekitar empat kaki dan lebar dua setengah kaki, ditemukan di dekat kota Rosetta (sekarang Rashid) di Delta Nil.
Di dalamnya terdapat prasasti yang ditulis dalam tiga aksara: hieroglif Mesir Kuno, aksara Demotik, dan Yunani Kuno. Prasasti tiga bahasa ini memberikan kunci yang pada akhirnya akan membuka rahasia hieroglif Mesir, yang tetap tidak dapat diuraikan selama lebih dari satu milenium.
Setelah ditemukan, batu tersebut langsung menarik perhatian para sarjana dan ahli bahasa yang ingin mengungkap maknanya. Namun, baru beberapa tahun kemudian kemajuan signifikan dicapai dalam penguraian naskah hieroglif.
Terobosan ini datang melalui upaya seorang ahli bahasa Perancis yang brilian bernama Jean-François Champollion. Champollion adalah seorang pria yang sangat tertarik dengan bahasa kuno dan mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk mempelajari hieroglif Mesir.
Dia dengan cermat memeriksa Batu Rosetta, bersama dengan teks dan prasasti kuno lainnya, dalam upayanya untuk mengungkap maknanya.
Dengan memanfaatkan keahliannya dalam bahasa dan linguistik komparatif, Champollion membuat penemuan inovatif ketika ia akhirnya berhasil menguraikan hieroglif.
Salah satu wawasan penting yang dimiliki Champollion adalah mengenali bahwa beberapa tanda hieroglif tidak hanya mewakili objek atau suara individual tetapi juga keseluruhan kata atau konsep.
Dengan membandingkan teks Yunani pada Batu Rosetta dengan tulisan Mesir yang terkait, Champollion mampu mengidentifikasi pola dan korelasi yang memungkinkan dia menguraikan makna dari banyak tanda hieroglif.
Penguraian hieroglif oleh Champollion merevolusi studi Mesir kuno, memberikan pencerahan baru tentang sejarah, agama, dan budayanya. Hal ini memungkinkan para sarjana untuk membaca dan menafsirkan beragam teks dan prasasti kuno, memberikan wawasan yang sangat berharga tentang kehidupan orang Mesir kuno.
Mereka mampu memahami gagasan, kepercayaan, masyarakat, agama, dan bahkan kehidupan sehari-hari masyarakat Mesir Kuno. Arti penting Batu Rosetta jauh melampaui perannya dalam menguraikan hieroglif.
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR