Yoshinaka memutuskan bahwa karena dialah yang menaklukkan kota, kepemimpinan klan Minamoto harus menjadi hak penaklukannya.
Yoritomo tidak memiliki rasa kepemimpinan, etiket, atau kualitas lain apa pun yang memungkinkannya menjadi sukses. Yoritomo memerintahkan saudara-saudaranya Yoshitsune dan Noriyori untuk melenyapkan Yoshinaka yang keras kepala.
“Permintaannya dilaksanakan pada Pertempuran Awazu,” ungkap Smathers.
Serangan militer Yoshitsune
Setelah kematian Yoshinaka dan pelarian Taira dan kaisar, Yoritomo memerintahkan Yoshitsune dan Noriyori untuk mengejar mereka. Mereka harus memusnahkan segala oposisi.
Target pertama mereka adalah benteng Ichi-no-tani. Pertahanannya sangat ketat dari tiga arah; bagian belakangnya dipasang pada tebing curam.
Yoshitsune memimpin anak buahnya dalam perjalanan yang hampir mustahil menuruni lereng. Tapi mereka berhasil merebut benteng dengan mudah dan merampas titik pasokan dan pijakan penting Taira di daratan.
Pasukan Yoshitsune mundur lagi, kali ini ke Yashima di Shikoku.
Noriyori memisahkan pasukannya dari Yoshitsune dan berjalan menyusuri garis pantai. Mereka dihadang oleh detasemen dan kapal Taira sepanjang perjalanan.
Akan tetapi, pasukan berhasil mencapai ujung Honshu sebelum berlayar untuk mendarat lebih jauh di Kyushu dan mempertahankan posisinya dalam menghadapi kelaparan.
“Sementara itu, Yoshitsune mengumpulkan kemenangan demi kemenangan di darat,” Smathers menambahkan lagi. Masyarakat ingin berada di pihak yang menang. Melihat peluang untuk bebas dari Taira, masyarakan pun memasok kapal dan prajurit untuk pasukannya.
Meskipun kode bushido belum ada pada saat itu, Yoshitsune dianggap sebagai contoh awal tentang bagaimana seharusnya seorang samurai. Seorang samurai Kekaisaran Jepang harus berani, terampil, setia, dan mulia.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR