Bagaimana persisnya pelayaran yang tidak disengaja ini terjadi masih belum jelas. Namun “catatan anekdot mengenai peristiwa arung jeram alami dan pemodelan yang relevan” menunjukkan bahwa tsunami dan angin topan mungkin berperan dalam hal ini.
Secara keseluruhan, Rudolf Botha menyimpulkan bahwa tidak ada cukup bukti untuk membuktikan bahwa spesies tersebut sengaja membuat perahu dan berlayar ke Flores atau Kreta. Oleh karena itu, menggunakan apa yang disebut “Inferensi Pelaut” sebagai dasar bahasa Homo erectus sangatlah cacat, meskipun hal ini tidak berarti bahwa garis keturunan kuno tersebut jelas tidak memiliki keterampilan linguistik.
Memang benar, peneliti lain telah menunjuk pada taktik pemulungan kolaboratif yang digunakan oleh Homo erectus sebagai bukti penggunaan bahasa. Sementara itu peneliti lain mengatakan bahwa kemampuan hominid untuk menciptakan alat simetris, dikombinasikan dengan ukuran otaknya yang besar, mungkin menunjukkan bahwa ia cukup cerdas untuk berbicara.
Makalah studi yang dibuat peneliti Rudolf Botha ini telah terbit di Cambridge Archaeological Journal pada 16 April 2024.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR