Salah satu elemen yang bertahan selama berabad-abad adalah Pohon Suci Bo (Sri Maha Bodhi). Berusia lebih dari 2.000 tahun, pohon tersebut konon tumbuh dari potongan pohon tempat Sang Buddha mencapai pencerahan.
Polonnaruwa
Peninggalan kota kuno Polonnaruwa yang luas dan terpelihara dengan baik menerangi budaya dan pencapaian Sri Lanka abad pertengahan. Kota ini ada sejak abad ke-3 sebagai kota komersial penting.
Selain itu, Polonnaruwa menjadi tempat di mana suku Chola di India Selatan mendirikan basis setelah menghancurkan Anuradhapura pada 993 M. Setelah 75 tahun, pemerintahan Sinhala dilanjutkan kembali ketika Vijayabahu I menggulingkan Chola.
Sang raja menjadikan Polonnaruwa sebagai ibu kota baru. “Letaknya lebih jauh dari India dan lebih dapat dipertahankan dibandingkan Anuradhapura,” Barham menambahkan. Penerus Vijayabahu, Parakramabahu I menjadi saksi zaman keemasan Sinhala di Polonnaruwa selama abad ke-12. Ia mengubah Polonnaruwa menjadi salah satu kota besar di Asia Selatan.
Di bawah pemerintahan Parakramabahu banyak bangunan dan monumen terbesar Polonnaruwa dibangun. Insinyur dan arsitek didatangkan dari India dan meninggalkan jejaknya dalam bentuk tempat suci Hindu.
Istana kserajaan dan kuil Vihara Lankatilaka yang mengesankan didirikan di bawah kepemimpinan Parakramabahu. Begitu pula dengan Vatadage yang ikonis dan berdiri sebagai permata di mahkota arsitektur Sinhala abad pertengahan.
Sayangnya, biaya proyek pembangunan yang diprakarsai oleh Parakramabahu dan Nissankamalla tersebut menimbulkan dampak ekonomi yang merugikan kota tersebut.
Awal abad ke-13 merupakan masa kekacauan karena Polonnaruwa menderita akibat serangkaian penguasa yang lemah dan serangan penjajah Tamil. Pada pertengahan abad tersebut, setelah seratus tahun menjadi kota terkemuka di Sri Lanka, penduduk Polonnaruwa mulai berpindah ke selatan.
Kota ini akhirnya ditinggalkan pada tahun 1293 dan dibiarkan terbungkus oleh hutan. Keberadaannya hampir tidak diketahui keberadaannya selama 700 tahun.
Kuil Gua Dambulla
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR