Alih-alih ditangkap, Kassapa memilih untuk bunuh diri. Raja baru segera memindahkan ibu kota kembali ke Anuradhapura, mengakhiri 18 tahun peran Sigiriya sebagai ibu kota Sri Lanka. Sigiriya sekali lagi menjadi tempat penting keagamaan selama lebih dari 600 tahun. Kota ini akhirnya ditinggalkan pada tahun 1155 dan terlupakan selama berabad-abad.
Baca Juga: Meski Kurang Gizi dan Bertubuh Kurus, Gajah Ini Tetap Dipaksa Parade
Saat ini, Sigiriya menjadi salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi di Sri Lanka. Di sinilah satu-satunya lukisan non-religius dari Sri Lanka kuno dapat ditemukan. Lukisan dinding terkenal, yang dikenal sebagai The Sigiriya Damsels, dilukis di permukaan batu pada abad ke-5. Hanya 21 gambar gadis yang bertahan dari 500 gambar asli.
Kuil gigi: situs ziarah paling penting di Sri Lanka
Daya tarik utama di kota perbukitan Kandy adalah Temple of the Tooth. Legenda mengatakan bahwa sebagian jenazah Buddha diselamatkan setelah kremasinya pada tahun 543 SM, termasuk sebuah gigi.
Setelah diselundupkan ke Sri Lanka pada abad ke-4 M, gigi tersebut terlebih dahulu dibawa ke Anuradhapura. Gigi sang Buddha kemudian dibawa ke Polonnaruwa, disusul kota-kota penting lainnya.
Gigi Buddha selalu ditempatkan oleh raja Sinhala di ibu kota. Dengan demikian, gigi Buddha memiliki kepentingan politik yang signifikan sebagai simbol kedaulatan di Sri Lanka. Juga sebagai peninggalan keagamaan.
Gigi sang Buddha kembali sebentar ke India pada tahun 1284 setelah diambil oleh tentara India Selatan yang menyerang. Lalu dibawa kembali ke Sri Lanka 4 tahun kemudian.
Gigi tersebut akhirnya tiba di Kandy pada tahun 1592 dan kuil asli yang menampungnya dibangun sekitar tahun 1600. Meskipun yang asli sudah tidak ada lagi, kuil saat ini dibangun pada pergantian abad ke-18 pada masa pemerintahan Vimala Dharma Suriya II.
Kuil ini dimodifikasi, diperbesar, dan dihiasi selama berabad-abad. Terutama pada masa pemerintahan Kirti Sri Rajasinha dan Sri Wickrama Rajasinha.
Modifikasi dilakukan baru-baru ini pada tahun 1987 dengan penambahan atap emas yang dihadiahkan oleh Presiden Premadasa. Satu dekade kemudian, organisasi militan Macan Tamil meledakkan bom di luar pintu masuk.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR