Nationalgeographic.co.id—Pada April 2024, masyarakat Bumi, khususnya penduduk Amerika Utara disajikan gerhana matahari langka.
Selanjutnya, pada Mei ini, masyarakat di beberapa belahan dunia bisa menyaksikan aurora borealis yang dipicu oleh badai matahari.
Selanjutnya, pada 3 Juni, akan terjadi fenomena selanjutnya, ketika para pengamat langit dapat menantikan suatu peristiwa yang dikenal sebagai "parade planet."
Sebuah "parade planet mini" terjadi ketika tiga planet sejajar; sedangkan parade besar terdiri dari lima atau enam planet, menurut Star Walk Astronomical News, sebuah aplikasi planetarium.
Khusus untuk 3 Juni, peristiwa yang terjadi adalah parade besar, sebab melibatkan 6 planet, yaitu Merkurius, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Peristiwa ini terjadi karena planet-planet di tata surya kita bergerak mengelilingi matahari dengan sudut tertentu.
Dalam prosesnya, ada waktu-waktu tertentu saat beberapa di antaranya akan sejajar di sisi kanan matahari sehingga terlihat melintasi pita sempit di langit Bumi.
Namun, meski terlihat seperti "kebetulan yang langka, sebenarnya parade langit bukanlah peristiwa yang benar-benar jarang terjadi.
“Kita mendapatkannya setiap beberapa tahun,” kata Bill Cooke, yang memimpin Kantor Lingkungan Meteoroid NASA di Marshall Space Flight Center, kepada “Good Morning America”.
Pada tahun 2023, aliansi lima planet Merkurius, Jupiter, Venus, Uranus, dan Mars membentuk parade planet pada 28 Maret.
Selanjutnya, Cooke memprediksi peristiwa parade langit akan kembali terjadi pada 8 September 2040. Saat itu, Merkurius, Jupiter, Venus, Saturnus, dan Mars akan menjadi "pesertanya".
Baca Juga: Alasan Matahari Termasuk dalam Golongan Bintang bukan Planet
Parade Sebenarnya pada 29 Juni?
Namun, meski digembar-gemborkan di media sosial, parade langit bukanlah peristiwa yang memungkinkan kita melihat planet-planet berjajar dengan mata telanjang.
“Orang-orang yang berencana bangun pagi dan melangkah keluar pada tanggal 3 Juni dengan harapan melihat cakram Jupiter yang membesar atau cincin Saturnus dalam satu pandangan akan, paling tidak, sangat kecewa,” tulis meteorolog terkenal Joe Rao dalam sebuah kolom pembongkaran baru-baru ini untuk Space, seperti dilansir dari ABC News.
“Matahari akan mengganggu parade,” kata Ronald Gamble, seorang astrofisikawan teoretis di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, seperti dilansir dari AP.
Preston Dyches dari seri video "Skywatching Tips" NASA juga menjelaskan bahwa hanya dua planet yang akan terlihat dengan mata telanjang pada 3 Juni, jika ada.
"Berbeda dengan banyak laporan dan postingan media sosial, tidak akan ada deretan planet yang terlihat dengan mata telanjang pada 3 Juni," katanya.
"Merkurius dan Jupiter akan terlalu rendah di langit saat matahari terbit. Bahkan dalam kondisi ideal (langit gelap, bebas dari polusi cahaya) Uranus sangat redup dan sulit untuk ditemukan. Cahaya langit di dekat fajar membuat situasi semakin buruk."
Sementara Neptunus, yang enam kali lebih redup dari Uranus, memerlukan teleskop untuk dilihat, menurut Dyches.
Namun, para pencinta fajar masih bisa melihat ke arah timur untuk menemukan bulan sabit yang menipis di kiri bawah, diikuti oleh Mars yang merah samar dan titik kuning pucat dari Saturnus.
"Parade sebenarnya," kata Dyches, akan terjadi sekitar empat minggu kemudian, pada 29 Juni, ketika Mars, Jupiter, Saturnus, dan bulan tiga perempat akan terlihat di cahaya fajar.
"Jika Anda keluar pada pagi itu, Anda sebenarnya bisa melihat keempat objek tersebut pada saat yang sama, dan itu tidak sama dengan peristiwa 3 Juni," tutur Paul Robertson, seorang profesor asosiasi fisika dan astronomi di UC Irvine.
Baca Juga: Mengapa Pluto Tidak Lagi Dianggap Sebagai Planet dalam Tata Surya?
Fenomena Langit Lain pada 2024
Meskipun parade planet Juni mungkin akan sedikit mengecewakan, langit malam masih menawarkan keajaiban yang bisa diamati.
Musim panas menawarkan cuaca yang bagus untuk menjelajahi langit malam dengan aplikasi pengamatan bintang atau planet, kata Michelle Nichols dari Planetarium Adler di Chicago.
Selain itu, ada hujan meteor Perseid tahunan yang diharapkan mencapai puncaknya pada pertengahan Agustus dengan kilatan cahaya yang cepat.
Nichols menyarankan untuk mengamati hujan meteor tersebut jauh dari cahaya kota dan membiarkan mata Anda menyesuaikan dengan gelap untuk pengamatan yang optimal.
Peristiwa-peristiwa indah yang terjadi selama Juni tersebut tidak akan menjadi akhir dari spektakel langit tahun ini.
Selanjutnya, sebuah ledakan nova diharapkan terjadi sebelum September, kata Robertson.
Ledakan tersebut akan terlihat di konstelasi Corona Borealis dan akan secerah Bintang Utara selama sekitar seminggu sebelum memudar, menurut Space.com, seperti dilansir dari Phys.org.
Fenomena ini terjadi ketika bintang katai putih dan bintang raksasa merah mengorbit satu sama lain.
Ketika katai putih mengambil materi bintang dari raksasa merah, sebuah kilatan fusi nuklir terpicu, memicu ledakan nova, menurut sumber tersebut.
Peristiwa ini diharapkan menjadi "kesempatan mengamati bintang sekali seumur hidup."
"Saya pikir orang mungkin telah menjadi lebih tertarik untuk mengamati langit sejak gerhana besar," catat Robertson. "Saya tahu orang-orang bepergian untuk itu. Ini mengubah perspektif Anda tentang berbagai hal."
KOMENTAR