Nationalgeographic.co.id—Sejarah Dinasti Ming sering kali diwarnai dengan intrik dan misteri, namun sedikit yang seaneh Kasus Pil Merah.
Kisah ini bukan hanya tentang kematian seorang kaisar, tetapi juga tentang kekuatan tersembunyi yang menggerakkan tali-tali kekuasaan di balik layar.
Ketika kebenaran terbungkus dalam lapisan-lapisan teka-teki, setiap petunjuk menjadi kunci untuk mengungkap realita yang terpendam.
Kematian Kaisar Taichang membuka pintu ke labirin konspirasi yang melibatkan obat-obatan, hasrat terlarang, dan pengkhianatan.
Calon Pewaris yang Tak Diinginkan
Pada tahun 1582, selama tahun kesepuluh era Wanli, Zhu Changluo dilahirkan sebagai anak dari Kaisar Wanli. Ibunya adalah Nyonya Wang, seorang pelayan istana yang kemudian diangkat menjadi selir dengan gelar Selir Gong tingkat 2.
Meskipun Zhu Changluo adalah putra sulung kaisar, ia sering kali terabaikan,. Hal ini terutama karena ibunya bukanlah wanita yang menjadi favorit Kaisar Wanli.
Zhu Changluo memiliki seorang kakak perempuan, Putri Rongchang, yang merupakan anak tertua. Rongchang adalah satu-satunya anak dari istri utama Kaisar Wanli, Permaisuri Xiao Duan Xian.
Sang ayah memiliki keinginan keras untuk memiliki putra dari selir favoritnya. Calon putra yang kelak akan menjadi pewaris takhta.
Namun, keinginan tersebut mendapat perlawanan keras dari para menteri. Mereka berpegang teguh pada nilai-nilai Konfusianisme dan tradisi dinasti yang telah lama berlaku.
Di tengah pusaran politik ini, Zhu Changluo tidak mendapatkan pendidikan yang layak sebagai seorang putra mahkota. Baru pada usia 13 tahun ia mulai menerima pendidikan Konfusianisme yang sistematis. Itu merupakan sebuah usia yang dianggap terlambat bagi para pangeran Ming untuk memulai pendidikan formal mereka.
Baca Juga: Da-Hong Pao, Teh Termahal di Dunia dari Dinasti Ming, 'Tembus' Belasan Miliar Rupiah
Selama bertahun-tahun Kaisar Wanli menunda keputusan penting tentang pewaris takhta. Hingga akhirnya pada tahun 1601, Sang Kaisar menyerah pada tekanan. Dia secara resmi menunjuk Zhu Changluo sebagai putra mahkota dan calon pewaris takhta.
Nyaris Jadi Korban Pembunuhan Selir Ayahnya
Pada tahun 1615, istana kekaisaran Dinasti Ming terguncang oleh sebuah skandal yang misterius dan mengejutkan. Seorang pria bernama Zhang Chai, dengan hanya bersenjatakan tongkat kayu, berhasil mengusir para kasim penjaga.
Dia berhasil menerobos masuk ke dalam Istana Ciqing, tempat tinggal putra mahkota. Keberhasilannya dalam menembus pengamanan istana menimbulkan banyak pertanyaan dan kecurigaan.
Beruntungnya, sebelum Zhang Chai sempat melakukan tindakan lebih lanjut, ia berhasil ditangkap dan ditaklukkan.
Awalnya, ia dianggap sebagai orang gila tanpa motif yang jelas. Namun, penyelidikan yang dipimpin oleh hakim Wang Zhicai mengungkap pengakuan dari Zhang Chai yang mengejutkan semua pihak.
Sang penerobos mengaku telah dijanjikan imbalan oleh dua kasim yang bersekongkol dengannya. Lebih mengejutkan lagi, ternyata keduanya dikatakan bertindak atas perintah Selir Agung Zheng, selir favorit Kaisar Wanli.
Pengakuan ini membawa Lady Zheng ke pusaran skandal pembunuhan terhadap putra mahkota. Beragam bukti yang merugikan dan tuduhan yang meluas terus menyudutkan Lady Zheng.
Namun, Kaisar Wanli memilih untuk turun tangan langsung demi melindungi Lady Zheng. Dengan tegas, ia memutuskan bahwa kesalahan terletak pada para kasim tersebut, yang pada akhirnya dihukum mati bersama dengan Zhang Chai.
Harapan yang Berakhir dengan Singkat
Pada bulan Agustus 1620, dengan wafatnya Kaisar Wanli, Zhu Changluo naik takhta sebagai penerus Dinasti Ming. Dalam menghormati tanggung jawab barunya sebagai kaisar, ia memilih nama Taichang, yang berarti 'kemakmuran besar'.
Baca Juga: Pewarisnya Selalu Mati, Kaisar Dinasti Ming Ini Jadi Korban Selirnya Sendiri?
Awal masa pemerintahannya diwarnai dengan tindakan yang penuh harapan dan perubahan positif. Ia mengalokasikan dana sebesar 2 juta tael perak untuk memperkuat pasukan yang menjaga perbatasan. Selain itu, dia juga mulai mengisi kembali jabatan-jabatan penting yang telah lama kosong akibat ketidakaktifan pendahulunya.
Namun, kegembiraan atas awal yang baru ini tidak bertahan lama. Hanya beberapa hari setelah penobatannya, Kaisar Taichang mulai merasakan sakit yang parah. Akibatnya, semua persiapan untuk merayakan ulang tahunnya harus dibatalkan karena kondisi kesehatannya yang memburuk.
Kematian yang Terlalu Aneh
Menurut narasi yang beredar dari sumber-sumber tidak resmi, penyakit yang menimpa Kaisar Taichang dikatakan berasal dari kelelahan akibat aktivitas seksual yang berlebihan. Situasi ini sendiri diduga terjadi setelah Lady Zheng mempersembahkan beberapa gadis kepadanya.
Situasi kesehatan kaisar semakin memburuk ketika ia mengalami diare ekstrem setelah mengonsumsi obat pencahar yang direkomendasikan oleh Cui Wensheng, seorang kasim di istana.
Dalam upaya untuk mengatasi efek dari pencahar tersebut, Kaisar Taichang kemudian mengonsumsi pil merah yang diberikan oleh Li Kezhuo, seorang pejabat pengadilan minor yang juga memiliki pengetahuan tentang farmasi.
Sejarah resmi Dinasti Ming mencatat bahwa kaisar merasa lega setelah mengonsumsi pil tersebut dan bahkan memuji Li Kezhuo atas kesetiaannya. Namun, setelah mengonsumsi pil lain pada sore hari itu, ia ditemukan telah meninggal dunia pada keesokan paginya.
Kematian mendadak Kaisar Taichang, yang sebelumnya dalam kondisi sehat, mengejutkan seluruh Kekaisaran Ming dan memicu penyebaran berbagai rumor. Kejadian ini dikenal sebagai "Kasus Pil Merah" dan menjadi salah satu misteri paling terkenal dalam sejarah Dinasti Ming.
Dari perspektif historis, masa pemerintahan Kaisar Taichang hanya merupakan catatan singkat dalam kronik dinasti. Namun peristiwa ini menandai periode ketika kerapuhan sistem otoriter Dinasti Ming terungkap sebagai kelemahan konstitusional yang signifikan.
Misteri Kasus Pil Merah tetap menjadi salah satu cerita paling membingungkan dalam sejarah Dinasti Ming. Hingga kini, kematian mendadak sang kaisar masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab.
KOMENTAR