Nationalgeographic.co.id—Sebuah penelitian tahun 2019 mengungkapkan rata-rata kegagalan upaya rehabilitasi mangrove di beberapa negara termasuk Indonesia sebesar 79 persen. Perhitungan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan keberadaan propagul dan penambahan area mangrove.
Untuk itu, perlu dilakukan pendekatan atau teknologi baru berbasis desain ekosistem, komunitas, dan bioteknologi, yakni Ecosystem Design and Community Based Mangrove Restoration (EDCMR).
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Suyadi, menjelaskan bahwa EDCMR adalah semacam paket restorasi atau rehabilitasi ekosistem mangrove yang menggunakan pendekatan desain ekosistem, komunitas, dan bioteknologi.
“EDCMR mulai dari tahapan land preparation, mangrove propagation, mangrove nursery, planting technique, sampai pada perawatan dan monitoring,” katanya, dalam webinar Jamming Session #8 PREE, bertema “Ekologi Pesisir, Dinamika Ekosistem dan Lingkungannya dalam Perubahan Iklim" pada 13 Juni 2024.
Dia menekankan, EDCMR bukan paket yang berlaku umum. Paket ini sangat spesifik, berdasarkan sifat dan kondisi setiap ekosistem mangrove yang berbeda-beda.
“Misalnya, daerah nipah yang tercemar minyak, paket EDCMR-nya berbeda dengan ekosistem mangrove yang terpapar mikroplastik,” ujarnya.
Dia juga mengingatkan pentingnya membuat desain atau peta rencana restorasi sebagai langkah awal yang bersifat spesifik untuk setiap lokasi.
Suyadi mencontohkan hasil penelitiannya di Cilacap, yang menunjukkan keberhasilan pengembangan pembibitan mangrove serta teknik penanamannya dengan melibatkan masyarakat setempat secara mandiri. Dari aspek bioteknologi, dia bersama tim berhasil menemukan formula biostimulan dan bioremediator yang sudah didaftarkan patennya untuk mendukung upaya restorasi mangrove.
“Kami membuat Biokusmart, agen hayati berupa mikroba dari kapang dan bakteri yang berasal dari mangrove, kemudian dikembangkan sehingga berfungsi sebagai pupuk di ekosistem mangrove,” ungkapnya.
“Kami juga menciptakan Bioremang, yaitu mikroba yang berasal dari mangrove yang berfungsi meminimalisir cemaran minyak. Formula ini sudah diujikan di kawasan mangrove di Ambon dan Cilacap,” imbuhnya.
Suyadi dan tim juga berhasil membuat alat penahan ombak, yaitu semipermeable hex brick. Alat ini adalah semacam paving blok dari limbah plastik yang banyak ditemukan di ekosistem mangrove dalam rangka membantu rehabilitasi mangrove di Demak.
Baca Juga: Penampilan Bisa Menipu, Hutan Mangrove Penting bagi Kehidupan Pesisir
“Perlu mindset baru, bahwa restorasi mangrove tidak cukup hanya menanam. Namun benar-benar terwujud ekosistem mangrove yang lestari,” ungkapnya.
“Selain itu, perlu adanya business model untuk meningkatkan daya tarik upaya restorasi mangrove. Bagaimana profit-oriented business jasa lingkungan seperti karbon, dan peran serta benefit untuk masyarakat dan stakeholders lokal,” tegasnya.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR