“Sejak saya lahir, saya tidak hanya dikelilingi oleh Hello Kitty tetapi juga semua karakter Sanrio. Jadi saya benar-benar tumbuh bersama mereka,” kata Tsuji. “Tidak ada hari ketika saya tidak melihat Hello Kitty.”
Sanrio—saat ini bernilai 4,6 miliar dolar AS—didirikan pada tahun 1960 dengan nama Yamanashi Silk Company. Dua tahun kemudian, Shintaro Tsuji melakukan diversifikasi dengan menjual sandal karet. Ia dengan cepat menyadari bagaimana hiasan bunga sederhana membuat satu produk lebih diminati dibandingkan produk lainnya.
Sanrio berkembang menjadi serangkaian alat tulis dan pernak-pernik konsumen yang melambangkan kawaii. Kawai adalah subkultur “imut-imut” Jepang yang sedang berkembang di masa itu.
“Tidak ada yang istimewa dari produk ini,” Tsuji mengakui. “Ini adalah barang-barang yang mungkin Anda gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kotak makan siang atau kantong kecil untuk menyimpan barang. Namun ia selalu mengelilingi Anda, dekat dengan Anda dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka terhubung dengan ingatan Anda.”
Desainer memuji kualitas abstrak dan kesederhanaan Hello Kitty. Desain itu memungkinkan Sanrio mempertahankan visi kreatifnya sambil beradaptasi dengan perubahan tren dan selera.
Awalnya dinamakan Kitty White, Hello Kitty mempertahankan kesederhanaan yang tak lekang oleh waktu. Namun para penggemar fanatik memantau evolusi glasial pada penampilannya.
Setiap tahun, mungkin ada sedikit perubahan pada pakaian terusannya. Ada garis-garis sesekali atau kadang garis hitam yang tebal. Namun ciri-ciri tertentu tidak dapat diubah: pita merah di telinga kirinya, tidak ada mulut, dan ekspresi pertapa.
Abstraksi modernis Hello Kitty dan kurangnya fitur wajah memungkinkannya ditafsirkan dengan cara yang berbeda oleh orang yang berbeda. Tidak ada tawa, kejutan, atau amukan. Wajahnya yang tanpa ekspresi memberikan kanvas kosong bagi yang melihatnya untuk menyampaikan perasaan mereka sendiri.
Misalnya ketika Anda merasa konyol, Hello Kitty tidak mencela dengan cibiran. Jika kesal, dia tidak mengejek dengan seringai konyol. Hello Kitty selalu hadir tetapi tidak mengganggu. Kehadirannya menunjukkan ketenangan tetapi tidak menghakimi.
Pada tahun 1996, Hello Kitty digambarkan mengedipkan mata untuk pertama kalinya. Dan tampilan ini mendapatkan daya tarik pada tahun 2000an.
“Ambiguitas semacam itu semakin diperparah dengan kedipan mata,” kata Christine Yano, profesor antropologi di Universitas Hawaii. “Anda bisa punya humor, Anda bisa punya ironi, Anda bisa punya sindiran seksual. Hal ini menjadi strategi pemasaran yang sangat cerdas dan efektif.”
Source | : | Times |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR