Nationalgeographic.co.id—Rangkaian sosialisasi Toyota Eco Youth (TEY) 13 akhirnya sampai di kota terakhir, yaitu Medan, Sumatera Utara.
Kota Melayu Deli, julukan untuk Kota Medan, melengkapi 7 kota lain yang sudah dikunjungi sebelumnya oleh tim TEY, yaitu Jakarta, Balikpapan, Makassar, Sorong, Surabaya, Yogyakarta, dan Bali.
Bertempat di Glass House, Kota Medan, sosialisasi TEY 13 kali ini dihadiri oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat dari 40 sekolah di Kota Medan dan sekitarnya.
Acara yang diselenggarakan pada Jumat, 19 Juli 2024 tersebut dibuka dengan Tari Persembahan yang juga dikenal sebagai Tari Sirih. Tarian ini dibawakan oleh dua pasang muda-mudi mengenakan kostum adat khas Melayu.
Selanjutnya, program bertajuk Toyota Eco Youth 13 Goes To Medan tersebut dibuka oleh Ari Syamsudin, General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia.
Melalui sambutannya, Ari menjelaskan bagaimana upaya untuk mencapai zero emission sangatlah berat. Dia mencontohkan bagaimana listrik yang kita gunakan sehari-hari, pembangkitnya masih didominasi oleh tenaga yang berasal dari batu bara.
Padahal, merujuk pada Paris Agreement pada 2015, banyak negara telah sepakat untuk menekan jumlah emisi karbon dioksida yang mereka hasilkan serendah mungkin.
Untuk itulah, Toyota, menurut Ari, mengembangkan beragam teknologi yang tepat waktu dan tepat sasaran untuk mendukung upaya tersebut. "Kita membuat kendaraan yang semakin efisien dalam penggunaan bahan bakarnya," tutur Ari.
Berbagai upaya untuk menyelamatkan bumi pun sudah dilakukan oleh Toyota secara langsung. Salah satunya melalui program Toyota Eco Youth (TEY) 13
Melalui TEY, menurut Ari, Toyota Indonesia mendorong para siswa semakin paham bahwa Bumi tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Dengan cara inilah diharapkan sekolah membantu menyelamatkan lingkungan. "Dengan jumlahnya yang sangat banyak, siswa-siswi dapat membuat dampak besar bagi lingkungan," ujar Ari.
Baca Juga: 713 Proposal Inovasi Eco Project Masuk, Toyota Eco Youth Buka Pendaftaran Gelombang 2
Bisa dimulai dari hal yang paling menyenangkan
Ade Sulaeman, Editor National Geographic Indonesia, kemudian menjelaskan tentang konsep dekarbonisasi.
Mengutip laman 8 Billion Trees, Ade menjelaskan bahwa dekarbonisasi adalah proses mengurangi dan akhirnya benar-benar menghilangkan emisi karbon dioksida (CO2) dari kegiatan kita sehari-hari.
Konsep ini, mirip dengan konsep zero emission, pada dasarnya terdorong oleh Paris Agreement 2015, yaitu sebuah upaya manusia untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2, lebih disukai hingga 1,5 derajat Celcius, dibandingkan dengan tingkat pra-industri.
Ade lalu memaparkan salah satu dampak "terbaru" dari pemanasan global adalah adanya jemaah haji yang meninggal di Arab Saudi pada Juni lalu akibat dari suhu ekstrem.
Lebih jauh, Ade juga menyebutkan bahwa sebuah studi yang dilakukan sebuah lembaga riset di Pakistan menuturkan bahwa dampak tersebut akan lebih buruk hingga lima kali lipat pada tahun 2035.
Indonesia sendiri menyumbang 1,24 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2e), sekitar 2,3% dari total emisi gas rumah kaca global. Dengan jumlah tersebut, Indonesia masuk daftar 10 besar penyumbang karbon dioksida tertinggi di Indonesia.
Namun, meski secara total terlihat besar, masing-masing penduduk Indonesia "hanya" menyumbang karbon dioksida sebesar 2,6 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).
Merujuk pada data inilah, Ade menilai penduduk Indonesia juga bisa berperan besar dalam upaya menurunkan emisi karbon melalui upaya-upaya kecil. "Tinggal bagaimana upaya-upaya kecil tersebut bisa dilakukan secara masif," ucap Ade.
Bahkan, upaya-upaya tersebut bisa dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan. Ade mencontohkan bagaimana dirinya memilih untuk bersepeda untuk saat pergi dan pulang kerja.
Ade merasa upaya dekarbonisasi dengan bersepeda tersebut adalah hal yang menyenangkan baginya. Ditambah lagi, upaya tersebut juga bisa menyehatkan secara fisik dan hemat secara biaya.
Baca Juga: Toyota Eco Youth Goes To Bali: Memulai Langkah Kecil Menyelamatkan Lingkungan
Dimulai dari kesadaran
Pegiat lingkungan Silvia Decmery Natalia Gea turut membagikan kisah-kisah inspiratifnya saat melakukan berbagai kegiatan penyelamatan lingkungan.
Silvia mengaku dirinya mulai merasa terpanggil untuk melakukan penyelamatan lingkungan saat dirinya masih duduk di kelas 11 SMA (tahun 2019). Saat itu, dia melihat banyak sampah bertebaran di daerah tempat tinggalnya di Kota Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara.
"Padahal nias itu cantik pantainya, banyak pemandangannya. Kok, sayang, ya, gara-gara sampah jadi terganggu," tutur Silvia.
Sebuah kondisi yang pada akhirnya mendorong dirinya untuk tergabung dalam komunitas pemerhati lingkungan. World Cleanup Day yang diselenggarakan pada 2019 di Kota Gunungsutoli menjadi pembuka.
Saat itu, dia sudah ditunjuk sebagai leader. "Padahal, saat itu saya tidak punya kemampuan berbicara di depan umum," ungkap Silvia.
Silvia mengisahkan bagaimana saat itu dirinya harus masuk ke berbagai instansi pemerintahan dengan masih menggunakan seragam sekolah.
Hingga pada akhirnya pada 2023, saat sudah berkuliah, Silvia kembali ditunjuk menjadi leader World Cleanup Day yang kali ini berlangsung di Medan.
Dirinya berhasil mengumpulkan ratusan orang dalam program yang diselenggarakan di area Istana Maimoon, Medan. "Itu yang terbesar," ucap Silvia.
Kini, melalui komunitas Eco Educare yang dibangunnya sendiri, Silvia sudah mampu melakukan beragam pelatihan-pelatihan terkait dengan isu-isu lingkungan. Bahkan beberapa sponsor pun kini sudah masuk untuk membantu program-program yang dilakukannya.
Silvia pun berpesan, "Upaya menyelamatkan lingkungan itu dimulai dari kesadaran, inisiatif, kemudian aksi. Yang paling penting adalah, jika kita baik sama alam, alam akan lebih baik lagi pada kita."
Gelombang kedua
Per Juni 2024, panitia Toyota Eco Youth (TEY) ke-13 telah menerima 713 proposal inovasi eco project dari pelajar SMA atau sederajat di seluruh Indonesia. Tim TEY menyampaikan terima kasih atas partisipasi peserta.
Dalam upaya mengumpulkan lebih banyak inovasi untuk lingkungan yang lebih baik dan kelestarian bumi, tim TEY ke-13 membuka pendaftaran gelombang kedua. Kesempatan pendaftaran ini akan dibuka kembali sampai dengan tanggal 31 Juli 2024.
Pendaftaran gelombang kedua ini memberi kesempatan bagi pelajar SMA atau sederajat yang belum sempat menyelesaikan proposalnya pada 30 Juni. Pelajar yang baru mengetahui tentang kompetisi penyelamatan lingkungan ini atau yang baru mendapatkan ide inovatif belakangan ini, juga dapat mengambil bagian dalam kesempatan yang dibuka kembali ini.
Informasi detail tentang kompetisi Toyota Eco Youth edisi ke-13 tahun 2024 bisa diakses melalui situs ToyotaEcoYouth.com, tempat Anda juga bisa menemukan link untuk pendaftaran. Untuk pertanyaan tambahan, silakan menghubungi nomor WhatsApp 0811252413.
KOMENTAR