Dalam upaya mengamankan jalur perdagangan dengan India dan mengalahkan pedagang Muslim, Portugal mengirim armada lain di bawah pimpinan Pedro Álvares Cabral.
Kru mencapai India hanya dalam waktu enam bulan, dan perjalanan tersebut termasuk pertempuran dengan pedagang Muslim, di mana kru Cabral membunuh 600 orang di kapal kargo Muslim. Lebih penting bagi negara asalnya, Cabral mendirikan pos perdagangan Portugal pertama di India.
Pada tahun 1502, Raja Manuel I dari Portugal kembali mengutus Vasco da Gama ke India dengan armada yang lebih besar. Kali ini, misinya bukan hanya untuk menjelajahi wilayah baru, tetapi juga untuk memperkuat dominasi Portugal di kawasan tersebut dan menyingkirkan para pesaing dagang, terutama pedagang-pedagang Muslim.
Pelayaran kedua da Gama ditandai dengan tindakan kekerasan yang brutal. Ia dan krunya melakukan serangan terhadap kapal-kapal dagang Muslim dan menghancurkan pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai timur Afrika.
Salah satu peristiwa paling mengerikan terjadi ketika mereka membakar sebuah kapal haji yang penuh sesak, menewaskan ratusan penumpang tak berdosa.
Setibanya di Calicut, India, da Gama langsung melancarkan serangan. Ia menghancurkan pelabuhan perdagangan kota dan membunuh para sandera. Tindakan kekejaman ini bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pedagang Muslim dan menunjukkan kekuatan Portugal di kawasan tersebut.
Setelah berhasil menaklukkan Calicut, da Gama kemudian menjalin aliansi dengan penguasa kota Cochin yang terletak di selatan. Dengan demikian, Portugal berhasil mengamankan pangkalan baru di India.
Pada Februari 1503, da Gama dan krunya memulai perjalanan pulang ke Portugal. Perjalanan ini juga tidak lepas dari tantangan dan bahaya, namun akhirnya mereka berhasil kembali ke tanah air pada bulan Oktober tahun yang sama.
Akhir Perjalanan Sang Penjelajah
Setelah petualangannya yang menggemparkan di India, Vasco da Gama kembali ke Portugal dan disambut sebagai pahlawan. Namun, di balik sorotan kemuliaan, ada kisah lain yang kurang terungkap.
Ada spekulasi bahwa da Gama merasa kurang puas dengan penghargaan yang diterimanya atas jasa-jasanya yang begitu besar bagi bangsa Portugal.
Memilih untuk menikmati masa tuanya, da Gama menikahi seorang wanita dan dikaruniai enam orang anak. Ia tetap menjalin hubungan baik dengan Raja Manuel, memberikan nasihat mengenai urusan di India. Sebagai tanda penghargaan atas jasanya, ia dianugerahi gelar Count of Vidigueira pada 1519.
Namun, ketenangan masa pensiunnya tidak berlangsung lama. Setelah Raja Manuel wafat, masalah korupsi di kalangan pejabat Portugal di India semakin merajalela.
Raja John III, yang melihat pengalaman dan kepemimpinan da Gama, kembali memanggilnya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada tahun 1524, da Gama resmi ditunjuk sebagai wakil raja Portugal di India.
Sayangnya, takdir berkata lain. Tak lama setelah tiba di India, da Gama jatuh sakit dan meninggal dunia di kota Cochin. Kematiannya diduga akibat kelelahan bekerja dan kondisi iklim yang berbeda. Jenazahnya kemudian dibawa kembali ke Portugal dan dimakamkan di sana pada tahun 1538.
Kisah Vasco da Gama menyadarkan kita bahwa sejarah seringkali lebih kompleks daripada yang terlihat. Di balik pencapaian besar seorang individu, tersimpan kisah-kisah kelam yang perlu diungkap. Dengan memahami masa lalu, kita dapat belajar dari kesalahan dan membangun masa depan yang lebih baik.
KOMENTAR