Santo Petrus
Berbicara tentang kepausan, tentu saja tidak lengkap tanpa membahas sosok paus pertama, yaitu Petrus.
Dari desa nelayan Betsaida di tepi Danau Galilea, muncullah sosok yang akan menjadi pilar Gereja. Simon, begitu ia awalnya dikenal, menjalani hidup sederhana sebagai nelayan bersama saudaranya Andreas.
Namun, melansir laman stpeterswoolwich.church, takdirnya berubah drastis ketika ia bertemu Yesus dan diajak mengikuti-Nya.
Yesus melihat potensi besar dalam diri Simon, lalu memberinya nama baru: Petrus, yang berarti "batu". Nama ini bukan sekadar panggilan, melainkan sebuah simbol. Yesus hendak menjadikan Petrus sebagai landasan kokoh bagi Gereja-Nya yang sedang dibangun.
Pernyataan iman Petrus yang teguh menjadikannya sosok sentral di antara para rasul. Yesus bahkan mempercayakan kepadanya "kunci-kunci kerajaan surga", sebuah simbol otoritas spiritual yang luar biasa.
Namun, seperti manusia biasa, Petrus juga memiliki kelemahan. Pada malam penangkapan Yesus, ia sempat menyangkal mengenal Gurunya.
Meski begitu, kasih Yesus yang tak terbatas memaafkan Petrus dan memberinya kesempatan untuk membuktikan kesetiaannya. Setelah kebangkitan Yesus, Petrus kembali menegaskan cintanya dan menerima tugas mulia untuk menggembalakan umat-Nya.
Kisah Petrus setelah Kenaikan Yesus pun tak kalah menarik. Ia menjadi pemimpin utama dalam Gereja perdana dan menyampaikan khotbah yang menggetarkan hati ribuan orang pada hari Pentakosta.
Namun, karena imannya yang teguh, ia juga menjadi sasaran penganiayaan. Herodes Agung, raja Yudea, berusaha membunuhnya, namun campur tangan ilahi membebaskannya dari penjara.
Petrus kemudian melanjutkan misinya untuk menyebarkan Injil ke berbagai penjuru. Tradisi Kristen menyebutkan bahwa ia akhirnya tiba di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Nero.
Pada tahun 64 M, Nero menyalahkan orang-orang Kristen atas kebakaran yang menghancurkan kota itu. Petrus adalah salah satu orang Kristen yang ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan penyaliban.
Atas permintaannya sendiri, ia disalibkan dengan posisi terbalik karena ia tidak menganggap dirinya layak mati dalam posisi yang sama dengan Tuan Ilahi-Nya.
KOMENTAR