Dunia itu penuh dengan ketegangan geopolitik, dan intelijen menjadi alat utama dalam strategi perang dan keamanan nasional.
Atlet dengan kemampuan fisik dan kesempatan untuk berpergian ke berbagai negara mungkin dianggap sebagai agen yang ideal dalam operasi rahasia.
"Olimpiade menawarkan tempat yang benar-benar hebat untuk spionase," kata Barbara Keys, seorang sejarawan di Universitas Durham di Inggris yang mempelajari hubungan internasional dan olahraga global. "Anda bisa bertemu banyak orang tingkat tinggi, pemimpin tingkat tinggi, diplomat, pengusaha, selebritas yang berkumpul di satu tempat. Ini semacam toko permen mata-mata."
Peran Al Cantello dalam Operasi
Sebagai seorang atlet Olimpiade kesohor, Cantello memiliki kesempatan untuk saling berkoneksi dengan para atlet dari berbagai negara. Hal inilah yang dilihat oleh CIA sebagai kesempatan untuk melancarakan tindakan inteljen.
Merujuk Erik Ofgang, Cantello mengemban tugas untuk menjembatani agen CIA dengan salah satu atlet lompat jauh dari Rusia, Igor Ter-Ovanesyan.
"Ter-Ovanesyan menunjukkan ketertarikannya yang mendalam terhadap AS dan bahkan berpotensi membelot dari Uni Soviet," jelas Ofgang.
Cantello diminta untuk mengatur pertemuan antara Ter-Ovanesyan, dengan seorang agen CIA. Dia juga berperan untuk memastikan apakah sang atlet Rusia tersebut benar-benar tertarik untuk membelot ke Amerika Serikat atau hanya berbicara omong kosong.
Tidak hanya berhenti di situ saja, seorang agen CIA meminta Cantello untuk memanfaatkan hubungan baiknya dengan Ter-Ovanesyan untuk memfasilitasi komunikasi dan interaksi yang lebih mendalam, yang bisa digunakan oleh CIA untuk tujuan intelijen.
Dalam sebuah wawancara tahun 2017 dengan Duckworth, Cantello merendah ketika ditanya tentang keterlibatannya dengan CIA di Olimpiade 1960. Menurutnya, bintang sesungguhnya dari tim atletik dan kelompok kecil yang melakukan misi spionase adalah sprinter Dave Sime.
"Dia anak yang glamor," ujar Cantello. "Wajahnya pernah menghiasi sampul majalah Sports Illustrated. Sementara saya? Saya hanyalah anak jalanan biasa."
Memang benar, Sime adalah atlet ternama yang dijuluki "manusia tercepat di dunia" oleh media. Sebelum Olimpiade, CIA merekrutnya dan Sime setuju untuk membantu memfasilitasi pembelotan para atlet Soviet.
Keterlibatan Sime dengan CIA telah lama dipublikasikan, baik sebelum maupun setelah kematiannya pada tahun 2016.
Namun, beberapa ingatan Sime tampaknya bertentangan dengan peristiwa yang dijelaskan dalam dokumen CIA.
Sime mengklaim telah memfasilitasi pertemuan antara CIA dan Ter-Ovanesyan, seorang atlet Soviet. Namun, beberapa detail dalam ingatannya ternyata bertentangan dengan fakta yang tertuang dalam dokumen CIA yang telah dideklasifikasi.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR