Nationalgeographic.co.id—Generasi Z, kelompok demografis yang sering dianggap sebagai pionir tren, ternyata memiliki pandangan yang kompleks tentang keberlanjutan.
Di satu sisi, mereka sangat peduli dengan isu lingkungan dan bertekad untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Di sisi sisi lain, mereka skeptis terhadap klaim-klaim yang seringkali berlebihan dari para influencer.
Mengapa demikian? Apa yang sebenarnya mendorong generasi muda ini untuk memilih produk yang ramah lingkungan? Temukan jawabannya dalam artikel ini.
Bagaimana generasi Z melihat dunia digital?
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Rival Technologies dan Reach3 Insights telah mengungkap pandangan generasi Z yang menarik tentang dunia digital.
Penelitian ini, yang melibatkan 750 anak muda berusia 18-27 tahun di Amerika Serikat dan Kanada, memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana generasi Z berinteraksi dengan media sosial, berbelanja online, dan memandang pentingnya keberlanjutan.
Salah satu temuan menarik adalah peran media sosial dalam proses pembelian. Meskipun media sosial sangat berpengaruh dalam membantu generasi Z menemukan produk atau merek baru, ternyata perjalanan pembelian mereka tidak sesederhana itu.
Hanya sekitar 18% responden yang langsung membeli produk setelah melihatnya di media sosial. Sebagian besar, yakni 88%, lebih memilih membeli melalui pasar online seperti Amazon atau Etsy, sementara 74% lainnya lebih suka mengunjungi situs web merek secara langsung.
Ketika ditanya tentang platform media sosial favorit mereka untuk menemukan merek baru, generasi Z secara mayoritas memilih Instagram (70,3%), diikuti oleh TikTok (34,3%) dan YouTube (33,1%).
Ini menunjukkan bahwa ketiga platform ini telah berhasil memposisikan diri sebagai tempat yang tepat bagi merek untuk menjangkau audiens muda.
Penelitian terbaru ini juga mengungkap perubahan menarik dalam persepsi generasi Z terhadap influencer marketing. Jika sebelumnya influencer dianggap sangat berpengaruh dalam mendorong pembelian produk ramah lingkungan atau mengubah gaya hidup, kini pandangan mereka mulai bergeser.
Baca Juga: Lestari Summit 2024: Memulai Perjalanan Keberlanjutan Bersama-sama
Sebanyak 47,5% responden menyatakan bahwa mereka tidak terlalu mungkin atau bahkan sama sekali tidak akan membeli produk yang direkomendasikan oleh seorang influencer.
Banyak anak muda kini merasa bahwa kemitraan berbayar antara influencer dan merek kurang tulus dan bahkan menjengkelkan. Mereka lebih tertarik pada rekomendasi dari orang-orang biasa yang memiliki kehidupan sehari-hari yang sama seperti mereka.
Meskipun demikian, laporan ini menegaskan bahwa influencer marketing masih memiliki potensi yang besar. Kunci utamanya adalah keaslian. Generasi Z saat ini lebih menghargai konten yang bermakna dan relevan dengan kehidupan mereka.
Oleh karena itu, sangat penting bagi merek untuk memilih influencer yang tepat dan memastikan bahwa pesan yang disampaikan sesuai dengan nilai-nilai merek dan dapat resonansi dengan audiens muda.
Peduli lingkungan, tapi harga tetap nomor 1
Paula Catoira, Kepala Pemasaran di Rival Group, memberikan peringatan serius tentang masa depan influencer marketing. Ia mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kerja sama dengan influencer, para pemasar harus benar-benar memahami generasi Z dan menyusun strategi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
"Untuk memastikan ROI dari kemitraan influencer, pemasar merek perlu memahami pelanggan Gen Z mereka dan menyelaraskan strategi pemasaran mereka dengan kebutuhan audiens ini," jelas Catoira.
Penelitian ini juga mengungkap perubahan menarik dalam pandangan generasi Z terhadap produk berkelanjutan. Meskipun sebagian besar dari mereka (42,9%) lebih memilih produk ramah lingkungan, harga tetap menjadi faktor yang sangat penting dalam keputusan pembelian.
Hal ini membantu menjelaskan mengapa fast fashion, misalnya, terus berkembang meskipun berdampak pada lingkungan — sebuah fenomena yang baru-baru ini diparodikan dalam final musim "Saturday Night Live."
Namun, sekali lagi, keaslian masih menjadi kunci utama untuk memenangkan hati generasi Z. Mereka sangat jeli dalam mendeteksi upaya perusahaan untuk memoles citra ramah lingkungan (greenwashing).
Bahkan para influencer sendiri mengakui bahwa mereka merasa kesulitan untuk membuat konten yang berkelanjutan karena kurangnya informasi yang jelas dan kredibel dari perusahaan.
Baca Juga: Pekerjaan-Pekerjaan Keberlanjutan Ini Raih Piala Lestari Awards 2024
Penelitian ini menunjukkan bahwa bagi banyak perusahaan yang ingin menarik minat generasi Z, komitmen terhadap keberlanjutan bisa menjadi keunggulan yang sangat berarti. Namun, harga produk yang terjangkau tetap menjadi pertimbangan utama.
Selain itu, transparansi sangat penting. Generasi Z lebih cenderung percaya pada informasi yang mereka dapatkan dari situs web resmi perusahaan (59,9%) dan kemasan produk (43,5%). Menariknya, mereka justru kurang percaya pada informasi yang disampaikan oleh influencer (hanya 12%).
"Penelitian kami menyoroti bagaimana sikap dan perilaku Gen Z dapat berubah secara signifikan ketika mereka melalui berbagai tahap kehidupan dan seiring perkembangan faktor-faktor sosial-ekonomi," kata Andrew Reid, CEO dan pendiri Rival Technologies.
"Untuk mendapatkan wawasan yang akurat dan bernuansa tentang Gen Z dan memenangkan loyalitas mereka, merek perlu terlibat dengan konsumen muda ini secara berkelanjutan dan melakukannya dengan cara yang selaras dengan harapan dan perilaku mereka."
Hubungan personal yang tulus
Penelitian ini memberikan pesan yang sangat jelas bagi para pemasar: Generasi Z menginginkan hubungan yang tulus dan personal dengan merek yang mereka sukai. Meskipun mereka sangat peduli dengan keberlanjutan, faktor-faktor seperti harga dan kondisi ekonomi juga sangat mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
Jennifer Reid, salah satu pemimpin di Rival Group, menekankan pentingnya kepercayaan dalam membangun hubungan dengan generasi Z karena mereka sangat skeptis.
"Kepercayaan adalah hal yang sangat penting untuk keterlibatan dan loyalitas. Dan karena keaslian, kejujuran, dan transparansi sangat penting dalam membangun kepercayaan itu, mereka harus menjadi tujuan setiap pemasar dengan konsumen muda dalam pandangan mereka," jelas Reid.
KOMENTAR