Riset bioprospeksi menggunakan sumber daya hayati sebagai aset dan keistimewaan perlu diungkap manfaatnya sehingga memiliki nilai ekonomi.
Pamungkas menegaskan, eksploitasi sumber daya alam jika tanpa konsep berkelanjutan dapat mengakibatkan kepunahan spesies dan kerusakan ekosistem.
Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan teknologi yang memungkinkan pembiakan dan produksi senyawa aktif dari keong darat, tanpa merusak populasi di alam liar.
Budi Daya Ex Situ
Salah satu strategi yang bisa diterapkan untuk pemanfaatn keong darat secara keberlanjutan adalah dengan memperbanyak keong darat melalui budi daya ex situ di laboratorium atau tempat pembiakan khusus. Dengan cara ini, produksi lendir keong darat bisa dilakukan secara berkelanjutan tanpa merusak habitat alaminya.
“Saya menyarankan agar riset bioprospeksi diiringi dengan riset budi daya, meliputi kajian pakan dan reproduksinya. Sehingga, pemanfaatannya di masa mendatang dapat meminimalkan pengambilan dari alam dan risiko kepunahan spesies menjadi rendah,” ucap Pamungkas.
Pamungkan mengklaim timnya melakukan riset bioprospeksi lendir keong darat dengan pendekatan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu adanya kajian ekologi, perilaku makan dan reproduksi; studi metabolomik, genomik, dan transkriptomik; pengujian bioaktivitas sebagai sediaan kosmesetikal; dan pengembangan berbagai produk turunannya.
“Prinsip berkelanjutan sangat penting supaya pengambilan sumber daya hayati dari alam dapat diminimalkan,” tambahnya.
Pamungkas juga menyebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, baik secara in vitro maupun in vivo, untuk membuktikan daya inhibisi dari senyawa bioaktif lendir H. humphreysiana terhadap enzim tyrosinase dan elastase. Hal ini untuk mengungkap peran lendir tersebut sebagai agen pencerah kulit dan antikerut dapat terungkap.
Tantangan Riset
Riset bioprospeksi di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan dukungan ilmiah dan tenaga ahli di bidang ini.
Selain itu, riset yang dilakukan sering kali berjalan lambat karena kurangnya dana dan fasilitas yang memadai. Hal ini menyebabkan nilai komersial menjadi rendah sehingga belum berdampak pada perekonomian masyarakat.
Namun demikian, di pasaran sudah ada berbagai produk kosmetik seperti masker wajah, serum, krim, losion, pelembab dengan berbagai klaim seperti antiacne, antiinflamsi, melembapkan dan mengencangkan kulit, antikerut, pencerah wajah, penstimulus regenerasi sel kulit, dan lain-lain.
Harga kosmetik dari lendir keong darat cukup tinggi di pasaran, yaitu berkisar Rp334 ribu sampai Rp1.750 ribu. Bahkan untuk produk tertentu bisa mencapai Rp5 jutaan.
Pamungkas berharap, dengan kolaborasi antara lembaga riset, universitas, dan industri, Indonesia bisa mengembangkan produk-produk berbasis keong darat yang kompetitif di pasar global.
Dia menekankan kolaborasi lintas disiplin ilmu sangat penting dalam upaya ini. Sebab, bioprospeksi bukan hanya soal ilmu biologi, melainkan juga melibatkan aspek-aspek ekonomi, hukum, dan sosial.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR