Pada abad-abad berikutnya, perpustakaan tersebut mengalami kerusakan lebih lanjut akibat perang, invasi, dan pengabaian. Kekaisaran Romawi menaklukkan Mesir pada abad ke-1 SM.
Bangsa Romawi memang tertarik untuk melestarikan pengetahuan yang terkandung di perpustakaan. Namun diyakini banyak buku akhirnya hilang atau hancur karena kurangnya perawatan.
Serangan besar berikutnya terhadap perpustakaan terjadi pada abad ke-4 M. Perpustakaan Alexandria ditutup atau dihancurkan. Sumber-sumber kuno menunjukkan bahwa perpustakaan tersebut dihancurkan atau ditutup secara permanen pada saat ini atas perintah Kaisar Theodosius I.
Pada tahun-tahun berikutnya, perpustakaan tersebut berulang kali diserang dan koleksinya perlahan-lahan dirusak. Namun, perpustakaan tersebut tetap berdiri dalam satu bentuk atau lainnya.
Pukulan terakhir terhadap perpustakaan yang dulunya hebat itu terjadi pada tahun 640 M setelah Alexandria berganti penguasa. Penguasa baru kota itu, Khalifah Omar, memutuskan bahwa perpustakaan tersebut harus dihancurkan. Konon, mereka butuh waktu enam bulan untuk membakar semua bahan di dalamnya.
Rincian pasti tentang penghancuran perpustakaan itu tidak diketahui. Yang pasti, hilangnya perpustakaan dan isinya merupakan pukulan telak bagi warisan intelektual dan budaya dunia kuno.
Banyak karya yang disimpan di dalam perpustakaan itu telah hilang dari sejarah. Hilangnya karya-karya itu merupakan kehilangan yang tidak dapat diperbaiki bagi pengetahuan dan budaya manusia.
Kota kuno Palmyra
Situs penting lainnya yang dihancurkan adalah Palmyra. Palmyra merupakan kota kuno yang terletak di Suriah Tengah.
Wilayah tersebut terkenal dengan reruntuhan arsitektur Romawi dan Persia yang terawat baik. Kota ini menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO dan dianggap sebagai salah satu tengara budaya terpenting di Timur Tengah.
“Kota ini diyakini berasal dari periode Neolitikum dalam beberapa bentuk atau lainnya,” tambah Mitchell.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR