Kemampuannya untuk menyimpan karbon yang hingga lima kali lipat lebih besar dibandingkan dengan hutan hujan tropis semakin membuat mangrove menjadi aset yang semakin berharga.
Maka wajar rasanya jika komunitas lokal, lembaga swadaya masyarakat, ilmuwan, pemuda, hingga pemerintah saat ini memiliki pandangan yang sama dalam upaya untuk melindungi hutan biru tersebut.
Hal ini pula yang pada akhirnya membuat mangrove menjadi isu penting yang dibahas di berbagai forum internasional. Misalnya, sebelum Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB 2024 (COP16) di Kolombia, 83% pemerintah memasukkan mangrove dan lahan basah lainnya ke dalam rencana keanekaragaman hayati nasional mereka.
Demikian halnya menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29) di Azerbaijan, mangrove dan ekosistem pesisir lainnya dilaporkan menjadi bagian (66%) dari kontribusi nasional yang telah ditentukan di bawah Perjanjian Paris.
Lalu, mungkinkah kita menciptakan sebuah proyek karbon biru yang berkualitas tinggi sekaligus mampu menguntungkan dan memaksimalkan komunitas lokal? Mari kita simak pelajaran dari Kolombia.
Vida Manglar dan pendekatan lintas sektornya
Inisiatif Vida Manglar, yang berarti "kehidupan mangrove" dalam Bahasa Spanyol telah hadir sebagai sebuah contoh nyata sebuah program kolaborasi lintas sektor dalam upaya pelestarian dan rehabilitasi ekosistem mangrove.
Proyek ambisius tersebut, yang dilakukan di Teluk Cispatá di cekungan Sungai Sinú, Kolombia, merupakan hasil kerjasama antara pemerintah, lembaga penelitian, organisasi nirlaba, dan masyarakat lokal.
Mereka adalah Conservation International, Kementerian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Kolombia, Yayasan Omacha, Instituto de Investigaciones Marinas y Costeras (INVEMAR), dan Corporación Autónoma Regional de los Valles del Sinú y del San Jorge.
Kelima unsur tersebut, dengan kerjasama yang apik, sanggup merancang sebuah model pengelolaan mangrove yang berkelanjutan dalam wujud Vida Manglar.
Tujuan utama dari proyek Vida Manglar sendiri adalah untuk melestarikan dan merehabilitasi 7.500 hektar ekosistem mangrove dengan ribuan hektar di antaranya merupakan hutan mangrove yang rusak.
Baca Juga: Apa Itu 'Blue Carbon'? Benarkah Lebih 'Sakti' dari 'Green Carbon'?
Sedimen Dasar Laut, 'Area Mati' yang Justru Penting dalam Ekosistem 'Blue Carbon'
KOMENTAR