Nationalgeographic.co.id—Puluhan orang menjulurkan tangan mereka ke laut, melepas satu per satu tukik atau anak penyu sisik dari tangan mereka. Pelepasliaran itu berlangsung pada Jumat siang, 29 November 2024, di pantai barat Pulau Rambut, salah satu pulau di Kepulauan Seribu.
Anak-anak penyu sisik itu mereka bawa dari Rumah Penyu yang ada di pulau tersebut. Rumah Penyu yang memiliki luas sekitar 24 meter persegi itu baru saja diresmikan pada hari yang sama oleh Ahmad Munawir selaku Direktur Perencanaan Kawasan Konservasi Kementerian Kehutanan.
Rumah Penyu itu adalah sebuah bangunan semi terbuka yang baru selesai dibangun pada Agustus 2024 oleh pengelola kawasan berkat bantuan dana dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Sejak Agustus lalu, Rumah Penyu ini menjadi tempat penampungan dan penetasan telur-telur penyu sisik yang bernama ilmiah Eretmochelys imbricata.
Kepala Resort Suaka Margasatwa Pulau Rambut dan Cagar Alam Pulau Bokor, Dede Dicky Permadi, mengatakan kegiatan konservasi penyu sisik sudah dilakukan di kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut sejak 2018 dan sejak itu hingga sekarang sudah melepasliarkan lebih dari 1.500 tukik. Sebelum ada Rumah Penyu, telur-telur penyu sisik hanya diamankan dan ditaruh di baskom atau ember besar.
Setiap harinya, para petugas pengelola kawasan Pulau Rambut melakukan kegiatan patroli untuk mencari telur-telur penyu sisik di sekitar pulau tersebut. Patroli dilakukan agar petugas bisa lebih dahulu menemukan telur-telur itu daripada biawak.
"Kegiatan patroli telur penyu sisik dilakukan setiap hari. Apabila ada penyu sisik yang bertelur, kami amankan, kemudian kami bawa ke Rumah Penyu di Suaka Margasatwa Pulau Rambut untuk dimasukkan ke dalam Rumah Penyu, tempat penetasan," tutur Dicky.
"Untuk kegiatan patroli penyu sisik, kami melakukan patroli dari jam 18.00 sampai dengan pukul 4 dini hari. Untuk penyu sisik di Pulau Rambut rata rata naik ke pantai untuk bertelur itu di antara pukul 19.00 sampai dengan pukul 23.00 WIB," imbuh Dikcy lagi.
Pengalaman menyedihkan yang sering Dicky temui adalah melihat ratusan telur penyu sudah rusak, isinya sudah habis, dan hanya menyisakan serpihan cangkangnya karena dimangsa biawak.
"Kalau kami terlambat mengetahui sarang penyu, misalkan pagi-pagi kami datang sekitar jam 7an, itu setengah 6 itu sudah habis dimakan biawak telur penyunya. Itu pengalaman yang cukup sering terjadi," ujar Dicky. "Jadi predator utama telur penyu di Pulau Rambut ataupun Cagar Alam Pulau Bokor yaitu biawak."
Upaya konservasi penyu sisik dengan menyelamatkan telur-telur penyu di Pulau Rambut ini dilakukan demi meningkatkan keberhasilan penetasan telur penyu. Sebab, populasi penyu sisik kini telah berstatus kritis atau sangat terancam punah (Critically endangered).
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR