Hasil penelitian yang telah terbit pada 15 Agustus 2024 di jurnal BMC Ecology and Evolution ini mengungkapkan bahwa dampak curah hujan bervariasi antarspesies. Bagi penyu tempayan, curah hujan yang lebih tinggi menghasilkan tukik dengan karapas (cangkang) yang lebih kecil, tetapi beratnya lebih besar, sementara tukik penyu hijau menumbuhkan karapas yang lebih kecil tanpa perubahan massa tubuh.
"Temuan dari penelitian kami menyoroti perlunya data yang lebih terlokalisasi tentang bagaimana cuaca regional memengaruhi inkubasi dan perkembangan tukik," kata Jeanette Wyneken, salah satu peneliti dalam studi ini yang juga profesor di Departemen Ilmu Biologi, FAU Charles E. Schmidt College of Science, Florida Atlantic University.
"Data ini penting untuk menyempurnakan strategi konservasi guna melindungi penyu di tengah pemanasan global," tegas Wyneken seperti dikutip dari keterangan tertulis Florida Atlantic University.
Penelitian ini dimulai dengan data dari Boca Raton, yang membandingkan ukuran tukik (panjang, lebar, dan massa) dengan faktor iklim setempat. Selanjutnya, data dikumpulkan dari 19 pantai yang menjadi habitat tukik penyu tempayan dan 17 pantai yang jadi habitat tukik penyu hijau.
Bagian ketiga dari penelitian ini mengamati tukik di Cabo Verde setelah beberapa hari hujan selama musim kemarau untuk melihat bagaimana curah hujan memengaruhi ukuran mereka.
Di Mediterania, khususnya di pantai Siprus dan Turki, musim kemarau hanya membawa sedikit hujan dari Atlantik Utara. Bagi penyu hijau di daerah yang lebih kering ini, dampak curah hujan baru terlihat setelah musim kemarau berakhir.
Namun, di Florida, tingkat curah hujan tetap konsisten sepanjang musim bersarang karena pola cuaca setempat, meskipun kekeringan dan gelombang panas biasanya terjadi pada bulan Juli dan Oktober.
"Tidak jelas bagaimana hujan memengaruhi ukuran tukik," kata Wyneken. "Salah satu gagasannya adalah bahwa hujan mendinginkan sarang, yang dapat mengubah suhu dan memengaruhi rasio jenis kelamin tukik. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan dalam ukuran dan bentuk tukik, mirip dengan bagaimana tukik jantan dan betina dari penyu lain, seperti penyu sungai raksasa, memiliki bentuk cangkang yang berbeda."
Perubahan iklim telah mengubah pola curah hujan, membuat daerah basah menjadi lebih basah dan daerah kering menjadi lebih kering. Maka dampaknya pada lokasi bersarang penyu menunjukkan bahwa strategi konservasi global untuk penyu tempayan dan penyu hijau kemungkinan perlu diperbarui.
"Unit manajemen yang efektif untuk konservasi harus fokus pada pembaruan berkala dan penyertaan lokasi bersarang yang penting, yang menyoroti pentingnya upaya konservasi lokal," kata Wyneken.
"Menganalisis data lokal dari berbagai lokasi sarang sangat penting untuk memahami pola bersarang penyu," tegasnya. "Basis data lokal ini harus dibuat lebih mudah diakses dan dibagikan secara luas untuk meningkatkan pengetahuan kita dan mendukung upaya konservasi lokal."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR