Namun, peran penting ini juga membawa risiko besar bagi warga Sparta. Jumlah helot jauh lebih banyak dibandingkan warga bebas, dengan rasio sekitar 7:1.
Ketergantungan pada helot untuk mendukung kehidupan masyarakat membuat mereka menjadi ancaman potensial, karena pemberontakan selalu menjadi kekhawatiran utama bagi para penguasa Sparta.
Meskipun begitu, keberadaan helot tetap menjadi elemen kunci yang memungkinkan masyarakat Sparta bertahan dan berkembang sebagai negara militeristik.
Kehidupan Para Helot
Bangsa Sparta yang selalu waspada terhadap potensi pemberontakan helot, menerapkan pengawasan ketat dan perlakuan brutal terhadap populasi budak mereka.
Salah satu praktik paling mengerikan adalah deklarasi perang tahunan terhadap helot, yang memungkinkan warga Sparta membunuh mereka tanpa konsekuensi hukum.
Praktik ini, jika dilihat dari sudut pandang modern, sangat tidak manusiawi. Deklarasi perang ini memberi kebebasan bagi warga Sparta untuk membunuh helot, karena dalam tradisi mereka, pembunuhan dianggap sah selama masa perang.
Ritual ini dilakukan oleh para ephor, pemimpin yang baru dilantik setiap tahun, sebagai bagian dari upaya menegaskan dominasi atas helot.
Namun, tujuan utama deklarasi ini bukanlah untuk memicu kekerasan langsung setiap saat, melainkan sebagai alat ideologis untuk memastikan helot tetap tunduk dan patuh.
Deklarasi ini juga memberi izin resmi kepada Krypteia (polisi rahasia Sparta) untuk menindas dan mengintimidasi helot, termasuk dengan pembunuhan. Para filsuf dan sejarawan kuno, seperti Aristoteles dan Plutarkhos, mencatat tradisi ini sebagai salah satu contoh dari kekejaman Bangsa Sparta terhadap budak mereka.
Dalam kesehariannya, seorang Helot dipaksa untuk mengenakan topi dari kulit anjing dan pakaian dari kulit sebagai tanda status mereka sebagai budak. Mereka juga sering dipermalukan dan diperlakukan dengan kasar dalam berbagai ritual untuk menegaskan posisi mereka yang rendah dalam masyarakat Bangsa Sparta.
Namun, di tengah perlakuan keras ini, helot masih diberi sedikit kebebasan dalam kehidupan sehari-hari.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR